Minggu, 24 November 2013

Asal mula Datangya Padi di Pulau Jawa



Asal mula Datangnya Padi
di Pulau Jawa

Dahulu kala padi belum ada di Pulau Jawa. Padi hanya ada di kahyangan. Di sana setelah dipotong atau dituai, padi ditaruh di pematang sawah agar kering.
Pada masa itu manusia biasa sangat mudah naik ke kahyangan. Pada suatu ketika di kahyangan sedang panen padi. Datanglah seorang anak muda mendekati pesuruh dewa yang sedang mengetam padi. Anak muda itu melihat-lihat sampai ke pematang sawah tempat padi-padi dijemur. Ia tercengang, terkagum-kagum akan warna kuning bulir-bulir padi yang ada di pematang sawah  itu. Tiba-tiba ia dihampiri oleh seorang pesuruh dewa yang menjaga padi itu. Pesuruh dewa itu berkata, “Kau tahu anak muda, apa ini? Ini adalah padi, santapan para dewa”.
“Bagaimana rasanya? Boleh saya mencoba sedikit?” Tanya anak muda itu.
“Tidak boleh,” sahut penjaga jemuran padi itu. “Pulanglah, bukankah di dunia sudah banyak jagung dan ubi kayu?”
Tetapi anak muda itu tidak mau pergi. Ia sangat ingin mengecap rasa buah padi. Tatkala penjaga itu sedikit lengah, diambilnya setangkai dan ia pun lari pergi dari tempat itu.
Ketika matahari telah terbenam, penjaga jemuran itu mengambil padi setangkai demi setangkai. “Astaga, hilang satu tangkai”.
Tatkala melapor kepada para dewa, ia pun kena marah. “Kerjamu tidur saja tadi, ya?” semprotnya. “Pastilah anak muda tadi yang mencurinya. Ayo lekas! Kejar dia! Padi itu harus kau minta kembali!”
Laksana kilat penjaga itu pun turun ke dunia mencari anak muda itu. Setelah berjumpa, dimintanya setangkai padi tadi, lalu ia pun kembali naik ke kahyangan.
Namun, keesokan harinya anak muda itu kembali ke kahyangan lagi. Karena takut, ia bersembunyi di dalam lumbung padi. Siang harinya tatkala penjaga itu menjemur padi, tanpa setahu penjaga, anak muda itu kembali mengambil setangkai batang padi, lalu disembunyikan dalam sanggulnya. Ia kemudian melesat lari turun ke bumi. Sayang, penjaga padi itu memergokinya.
“Berhenti! Kamu mencuri setangkai padi lagi, ya?” teriaknya. “Tidak, coba periksalah,” kata anak muda itu tenang-tenang. Anak muda itu digeledah. Paenjaga itu tidak menemukan apa-apa. Dengan tangan hampa penjaga itu kembali ke kahyangan.
Sampai di rumahnya, anak muda itu menuju belakang rumah. Di situ ada burung betet, “Apa itu?” tanyanya.
“Diam betet!” katanya sambil menebang pohon dadap tempat burung itu bertengger.
Burung betet itu terbang ketakutan. Anak muda itu lalu menebas rumput-rumput dan pohon-pohon yang tumbuh di sekelilingnya. Kemudian, ditanamlah padi yang dicurinya itu di tempat yang subur.
Beberapa bulan kemudian, padi itu tumbuh dengan subur.Akhirnya muncul juga setangkai padi dan bulir-bulir padi yang kuning keemasan warnanya.
Kebetulan ada salah satu dewa yang melihat ke bawah, ke dunia. Tampaklah olehnya padi yang menguning. Dipanggilnya dewa-dewa lain supaya ikut menyaksikannya. Mereka akhirnya bersepakat untuk turun ke bumi dan mengambil padi itu.
Namun, anak muda itu sekejap tiada lengah dalam menjaga tanaman padi itu. Begitu ia melihat ada banyak dewa turun, dengan berbagai macam muslihat ia menghadapi mereka. Dewa-dewa itu ketakutan dan berlarian terbang kembali ke kahyangan. Tidak seorang pun dari mereka yang berani turun ke dunia lagi.
Anak muda itu memanggil tetangga-tetangganya. Tiap-tiap orang diberinya padi satu tangkai. Mereka lalu menanamnya di tempat yang subur.
Sejak itu penduduk dunia memakan nasi seperti dewa-dewa di kahyangan. Tetapi sejak itu pula manusia tidak berani lagi naik ke kahyangan. Mereka takut kalau-kalau dewa masih marah karena manusia telah mencuri padi di kahyangan.
Pada suatu hari anak muda itu berjalan-jalan di pinggir sawahnya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan turunnya salah satu dewi yang sangat cantik dari kahyangan. Dengan segera ia berlutut di hadapan dewi itu. Dewi itu tersenyum, seraya berkata, “Aku tahu siapa engkau. Engkaulah yang mengambil setangkai padi dari kahyangan. Aku tidak marah kepadamu karena sawahmu kau garap dengan sempurna. Apalagi padi-padimu kau bagi-bagikan kepada orang lain. Aku turun ke dunia ini akan mengatakan kepadamu, kamu beserta anak cucumu, dan sekalian orang, akan tinggal di Pulau Jawa ini. Berhati-hatilah menjaga padi. Padi itu tanaman dari kahyangan. Sebab itu, harus dijaga dengan baik-baik. Ketahuilah olehmu, akulah Dewi Sri, dewi padi. Behati-hatilah memelihara batang padi yang masih kecil. Tanamlah sebatang-sebatang. Kalau padi telah masak, potonglah setangkai-tangkai.”
Anak muda itu berjanji akan menuruti perintah itu. Kemudian, Dewi Sri lenyap tiada ketahuan di mana dan ke mana ia perginya.
Anak muda itu menepati janjinya. Diceritakannya kepada penduduk kampung apa yang dipesankan oleh Dewi Sri. Orang-orang kampung itu pun menceritakan pula kepada orang lain. Tiada berapa lamanya tahulah semua petani apa saja yang harus dilakukannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar