BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal
baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara
berkembang seperti halnya Indonesia. Kehidupan manusia tidak dapat
dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan, sehingga kita sering
menemukan ketidakmampuan masyarakat dalam hal pengelolaan makanan yang baik
sesuai dengan standar gizi kesehatan. Ini yang menyebabkan kekurangan pangan
dan defisiensi gizi.
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting
terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan
status gizi yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) khususnya Gondok telah lama dikenal di
Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh pewayangan yang
ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.
Tidak hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah
dengan mudah dapat di jumpai penderita Gondok.
GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul, karena
tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu
cukup lama. GAKY dapat menyerang siapa saja baik perempuan, pria, anak-anak,
dewasa maupun orangtua yang tinggal di daerah kekurangan yodium. GAKY merupakan
salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan
berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain; Gondok, Kretenisme,
Reterdasi Mental dan lain-lain. Pengaruh atau dampak GAKY begitu luas, sejak
masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Yang sangat mengkhawatirkan akibatnya pada susunan syaraf pusat,
karena akan bepengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat
dikemudian hari.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas
tentang masalah kekurangan
konsumsi pangan yang merupakan salah satu permasalahan gizi
yang sangat serius, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
membahas tentang :
1.
Apa akibat
kekurangan zat yodium selama kehamilan?
2.
Dampak apa saja
yang akan disebabkan kekurangan yodium terhadap perkembangan janin?
C. TUJUAN
1. Mengetahui berbagai definisi yang
berhubungan dengan GAKY
2. Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan masalah GAKY
3. Mengetahui jumlah kebutuhan iodium
yang dianjurkan setiap hari
4. Mengetahui macam-macam gangguan akibat
GAKY
5. Mengetahui upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap GAKY
D. MANFAAT
1.
Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian garam beryodium
2.
Menambah
pengetahuan tentang berbagai penyakit gangguan akibat kekurangan yodium
3.
Menambah
pengetahuan berbagai penyebab gangguan akibat kekurangan yodium
4.
Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Gizi dan
Terapi Diet
5.
Sebagai bahan
referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan
makalah dengan topic yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gizi adalah
zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang mempunyai nilai sangat penting untuk
dikonsumsi oleh tubuh.Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik
di tanah maupun di air. Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Yodium diperlukan tubuh dalam
pembentukan hormon tiroksin untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. Garam
Beryodium adalah suatu garam yang telah diperkaya dengan KIO3(Kalium
Iodat) sebanyak 30-8- ppm.
GAKY merupakan
suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan
Yodium ini dapat menimbulkan penyakit, salah
satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok.
B. Tinjauan
Ontologi Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon
tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan
untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi
disemua kehidupan. Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak
jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino.
Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk
memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui
saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah
pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah
(25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya
(Brody, 1999).
Dalam saluran
pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi Iodida yang mudah
diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida
intra/ekstraseluler. Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar
tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin.
Struktur cincinhidrofenil dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk
hormon dari kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) (Linder,
1992). Iodium adalah suatu bagian integral dari hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4). Hormon tiroid
kebanyakan menggunakan, jika tidak semua, efeknya melalui pengendalian sintesis
protein. Efek-efek
tersebut adalah efek kalorigenik,
kardiovaskular,metabolisme dan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh
pituitary (Sauberlich, 1999).
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk
terikat-plasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat
protein merupakan pembawa hormon tiroid utama yang beberapa di antaranya juga
terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin (Sauberlich, 1999).
Tingkat bebasnya
hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus yang kemudian mengontrol tingkat
pemecahan proteolitis T3 dan
T4 daritiroglobulin dan membebaskannya ke dalam plasma
darah, melalui tiroid
stimulating hormon (TSH).
Kadar T4 plasma jauh
lebih besar dari pada T3, tetapi T3 lebih potensial dan “turn overnya”
lebih cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan jalandeiodinasi dalam jaringan non-tiroid.
Sebagian besar dari kedua bentuk terikat padaprotein plasma,
terutama thyroid-binding-globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas
aktivitasnya pada sel-sel target. Dalam sel-sel target dalam hati, banyak
dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan kembali
kalau memang dibutuhkan (Linder, 1992).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari
kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan
hormon tiroid. Selanjutya T3 dan
T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan
lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke
dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi
akan diekskresikan bersama feses dan urin.
C. Ekologi Kekurangan Yodium
Sebagian besar
yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan salju dan
hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan
banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di
seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai.
Yodium yang berada
di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar
matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun
kira-kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air
laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter
kubik.
Yodium yang
berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam
rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung
selama ini. Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit
dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga
tanah yang kekurangan yodium tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya. Di
sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi yodium akan menetap. Akibatnya,
populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada
makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan yodium
D. Tinjauan Aksiology Iodium
Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang
ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus – menerus
dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat
kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang
ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium
sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).
Kodyat (1996) mengatakan
bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan
dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang
berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar
iodium rendah.
Masalah Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas
manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak
defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
E. Etiologi dan
Patogenesis
Faktor – Faktor yang berhubungan
dengan masalah GAKY antara lain :
Ø Faktor
Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi
iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena
kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur
iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal
ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak
usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar
tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi
Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat
menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 %
(1986). Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi
ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis
tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan
proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
Ø Faktor
Geografis dan Non Geografis
Menurut
Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak
geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di
daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia
gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan.
Daerah
yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil
pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin
kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti
daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium
(Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
Ø Faktor
Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama
terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut
berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik
(Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa
zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan
zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut
merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam
tubuh.Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah.
Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk
anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat
(Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam
jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung,
rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan
lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka).
Ø Faktor
Zat Gizi Lain
Defisiensi
protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari
kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat
oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan
adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid
akhirnya menurun.
F.
Gejala
Gejala yang sering
tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti :
1.
Reterdasi mental
2.
Gangguan
pendengaran
3.
Gangguan bicara
4.
Hipertiroid
(Pembesaran Kelenjar Tiroid/Gondok)
5.
Kretinisme
biasanya pada anak-anak
G. Klasifikasi
1.
Grade 0 : Normal
Dengan
inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan
palpasi tidak teraba.
2.
Grade IA
Kelenjar
Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal, dan
palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3.
Grade IB
Kelenjar
Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah
maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4.
Grade II
Kelenjar
Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi teraba
lebih besar dari Grade IB.
5.
Grade III
Kelenjar Gondok cukup
besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.
H. Macam-macam Gangguan Akibat GAKY
1. Pada
Fetus
- Abortus
- Steel Birth
- Kelainan Kematian Perinatal
- Kretin Neuroligi
- Kretin Myxedematosa
- Defek Psikomotor
2. Pada
Neonatal
- Hipotiroid
- Gondok Neonatal
3. Pada
Anak dan Remaja
- Juvenile Hipothyroidesm
- Gondok Gangguan Fungsi Mental
- Gangguan Perkembangan Fisik
- Kretin Myxedematosa dan Neurologi
4. Pada
Dewasa
- Gondok dan segala Komplikasinya
- Hipotiroid
- Gangguan Fungsi Mental
I.
Dosis Pemberian
Kapsul Yodium
1. Anak
SD (daerah endemik berat) : 1 kapsul/tahun
2. Daerah
endemik sedang dan berat :
- Wanita Usia Subur Wus : 2 Kapsul/tahun @ 200 mg
- Ibu hamil : 1 Kapsul /tahun
- Ibu
Menuyusui : 1 Kapsul
selama menyusui
Mengingat dalam garam beryodium terdapat unsur
natriun, maka konsumsi garam beryodium harus dibatasi. Kelebihan mengkonsumsi natrium dapat
memicu timbulnya Stroke yaitu pecahnya pembuluh darah pada
otak yang dapat menyebabkan kematian.
J.
Kebutuhan Yodium
Menurut Hetzel
(1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100
– 150 mg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam
mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g
kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake.
Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan
sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan
iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
1. Bayi (12 bulan pertama) 50
mikrogram/hari
2. Anak (usia 2-6 tahun) 90
mikrogram/hari
3. Anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
120 mikrogram/hari
4. Dewasa (diatas usia 12 tahun) 150 mikrogram/hari
5. Ibu hamil 175 mikrogram/hari
6. Ibu menyusui 200 mikrogram/hari
Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut
sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan
sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya
perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi iodium tidak
mencukupi kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami
gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus
dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi
dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan
pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil
akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh
akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran
kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993 dan
WHO, 1994).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Dampak
GAKY
1. Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
- Pada keadaan yang parah terjadi
kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan
kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Mulut menganga dan lidah tampak dari
luar
2. Kelangsungan Hidup
· Neonatus
dan Ibu hamil
Ketika kita
bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan fetus
intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan
intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang ‘sempurna’ di kemudian
hari.Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan
perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium.
Patofisiologi
yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan pengetahuan di
atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di
daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih
mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe
nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
· Pada
Janin
Kekurangan
yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan menyebabkan
besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya
dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada
janin yang kekurangan yodium adalah kretin
endemic.
Kretin endemik
ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan
retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai.
Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai
dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil.Penelitian terakhir menunjukkan,
transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk
perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya
maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin
berfungsi.
Jadi
perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester
pertama kehamilan, kalau ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada
rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan
ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena
kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya
pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
· Pada
Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat
penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi
baru lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan
cepat sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung
pada kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak
normal.
Di negara sedang
berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan
dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi
lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme
neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50
mU/mL.
Pada daerah
dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai
kadar yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin, kejadian hipotiroidisme
neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah
yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada
kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000
kelahiran.Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak
dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini
berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan
mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai
dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok.
· Pada
Masa Anak
Penelitian pada
anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi
sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal
dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan
yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang
dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan
yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.Dalam penelitian
tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki
prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar
hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi
pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan
pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan
menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini
disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal
ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat
kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan
yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam
masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat
kembali normal.
· Pada
Dewasa
Pada orang
dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi
adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul
pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut,
peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium
meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.
3.
Perkembangan
Intelegensia
· Setiap
penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal.
Terjadinya
defisit IQ Point pada gilirannya akan berdampak pada program wajib belajar 9
tahun, karena banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pelajaran dan
mengalami drop out.
· Setiap
Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium
diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium.quot;;
Iodium dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida
yang dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat
kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari
kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya
bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara
penyakit akibat kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe
terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang
digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme
hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang
terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi
tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan
dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa
pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu
dipenuhi. Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi,
anak, remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit
gondok, gangguan fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf.
Semua penyakit
dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia
berlambang “I” ini , kini disebut dengan GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
). Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini,
kekurangan yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak
gangguan lain yang juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang
dialami janin akan mengakibatkan keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau
meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang
terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan
psikomotoriknya.
4.
Pertumbuhan
Sosial
Dampak
social yang ditimbulkan oleh GAKY berupa terjadinya gangguan perkembangan
mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit
dididik dan di motivasi.
5.
Perkembangan
Eokonomi
GAKY
akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin dan
lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan
mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.
B.
Permasalahan
1. Masih
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan garam beryodium
2. Masih
rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat garam beryodium
3. Garam
Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya
perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non
yodium.
5. Pengawasan
mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta
belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
6. Pendistribusian
garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-daerah terpencil.
C.
Pemecahan Masalah
1. Peningkatan penyuluhan secara berkala tentang manfaat garam beryodium di
masyarakat.
2. Adanya
pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi terkait.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral
tentang perlunya penggunaan garam beryodium dalam rumah tangga.
4. Pemberitahuan kepada masyarakat oleh petugas
kesehatan tentang cara pengolahan makanan yang mengandung yodium.
5. Pendristribusian garam-garam beryodium
ke daerah terpencil secara merata oleh instansi terkait dalam hal ini
dinas perindustrian.
6. Melakukan pelacakan kasus dan survey
desa bermasalah secara cepat jika ditemukan kasus gondok.
D. Penanggulangan
1. Memberikan
kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok.
2. Penyuluhan
tentang Yodium secara kontinue.
3. Kerjasama
Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di daerah endemik
gondok.
4. Peningkatan
konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran dan ikan laut.
5. Cek
up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan dengan
pembesaran kelenjar tiroid.
6. Pemberian
suntikan larutan minyak beryodium kepada penderita kekurangan yodium.
Cara
menyimpan garam yodium yang benar :
· Disimpan dalam wadah yang kering dan
tertutup rapat.
· Letakkan di tempat yang sejuk,
sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung.
· Gunakan sendok yang kering untuk
mengambil garam.
· Tutup kembali wadah dengan baik setiap
kali pengambilan garam.
Cara
untuk mengetahui apakah garam yang dibeli beryodium :
· Pada kemasan garam beryodium harus
tertera tulisan garam beryodium.
· Pengujian mutu garam beryodium
menggunakan cairan uji Iodina.
· Pengujian mutu garam beryodium secara
sederhana menggunakan cairan iodina test dan tradisional menggunakan ; singkong
segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.
Agar
penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan baik, yang harus dilakukan
yakni mengetahui bagaimana cara mengunakan garam beryodium dengan benar :
1.
Konsumsi garam
yodium dengan cukup
“Kekurangan
garam beryodium tidak hanya menyebabkan penyakit gondok, tetapi juga
mempengaruhi kecerdasan otak anak, untuk itu konsumsi garam yodium dengan
cukup,” jelas ahli gizi yang betugas di Puskesmas Peneleh sejak tahun 2007
itu.Lanjut ia jelaskan bahwa, tubuh manusia membutuhkan zat KIO3 (Kalium Iodat)
dengan ukuran 30-80ppm. Akibat kekurangan zat itu bisa mengakibatkan GAKY
(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). GAKY merupakan masalah gizi yang serius
karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin (ganguan pada
pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari
dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk memenuhi
garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam
yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis
yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun
cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2
kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1 kapsul
dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap
tahunnya.
2.
Konsumsi yodium
tidak berlebih
Namun ahli gizi
yang menamatkan pendidikan di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Malang ini
mengungkapkan bahwa konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan
hiperteroid. Hiperteroid yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah dalam jumlah yang
berlebihan.“Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam
beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya
mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih. Gejala lain yang kerap terjadi,
keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan
berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur,” jelasnya pada tim
ehealth.
Untuk
menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi garam beryodium yang
berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram
garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari.
3.
Pastikan garam
mengandung yodium
Cara untuk
menilai mutu garam beryodium tidak sulit, yaitu dengan test kit yodina yang
telah tersedia di Puskesmas dan apotik. Ambil garam, kemudian tetesi dengan
cairan yodina. Warna yang timbul dibandingkan dengan petunjuk warna yang ada
pada kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan warna biru keunguan. Semakin
berwarna tua, semakin baik mutu garam.“Tetapi untuk lebih simpel, gunakan
tepung kanji yang dicampur dengan garam lalu teteskan dengan jeruk nipis, jika
warnanya berubah menjadi keunguan , itu artinya mengandung yodium,” ucap
laki-laki yang akrab disapa Edo ini.
Selain itu,
pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan singkong parut caranya sebagai
berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi
air. Tuang 1 sendok teh perasan singkong parut ke dalam gelas bersih. Tambahkan
4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka
makan berkadar 25%. Aduk sampai rata, dan tunggu beberapa menit. Apabila timbul
warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium. Semakin berwarna
pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang tak beryodium tidak akan
mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan yodina maupun cairan
singkong parut.
4.
Menyimpan garam
di tempat aman
Garam beryodium
sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya
untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan
yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat
garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium
bisa menguap.
5.
Cara memasak
garam yodium dengan benar
Cara yang biasa
dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang dibubuhkan ke dalam
makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu masakan kurang sedap.
Namun cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat
yodium garam akan hilang ketika terkena panas mendidih tersebut.
E.
Pangan Sumber Iodium
Iodium dapat
diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung
asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada
buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan
hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut
merupakan sumber iodium alamiah. Sumber lain iodium adalah garam dan air
yang difortifikasi (Muchtadi. dkk, 1992). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Sauberlich, (1999) bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah
sumber iodium yang paling baik. Penggunaan garam beriodium di Amerika
Serikat diberikan sebagai sumber iodium penting. Di USA konsumsi
garam beriodium per hari per orang mendekati 10 – 12 gram dimana garam tersebut
mengandung 76 mg iodium per gram.
Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan
mengkonsumsi pangan yang kaya iodium dapat menekan atau bahkan mengurangi
besarnya prevalensi gondok. Berikut Gibson (1990) menyebutkan rata-rata
kandungan iodium dalam bahan makanan antara lain : Ikan Tawar
30 mg; Ikan Laut 832 mg; Kerang 798 mg; Daging 50 mg; Susu 47
mg; Telur 93 mg; Gandum 47 mg; Buah-buahan 18 mg; Kacang-kacangan 30 mg
dan Sayuran 29 mg.
F. Konsumsi Pangan Sumber Iodium
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk
memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, Deaton and Driskel,
1985). Dengan demikian diharapkan untuk mengkonsumsi pangan yang
beraneka ragam sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kerja
tubuh. Di negara-negara berkembang konsumsi iodium
paling banyak diperoleh dari makanan yang berasal dari laut
mengingat air laut mengandung iodium cukup tinggi. Menurut
Nurlaila, dkk (1997) rumput laut dapat digunakan sebagai bahan subtitusi dalam
pengembangan produk sumber iodium antara lain barupa 1) kelompok produk makanan
selingan / makanan jajanan ; 2) kelompok produk lauk-pauk ; 3) kelompok produk
sayur-sayuran.
Tingkat konsumsi pangan hasil laut terus meningkat
dari tahun 1968, 1978, 1988 dan 1993 berturut-turut 9.9 ; 11.6 ; 15.4 ; dan 17
kg sedangkan target nasional yang harus dicapai sebesar 18.6 kg per
kapita per tahun. Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi ikan di
Indonesia masih rendah atau di bawah tingkat konsumsi ikan tersebut.
Tetapi masih terdapat beberapa wilayah di Indonesia seperti Sumatera Barat,
Sulawesi Tenggara, Maluku, Kalimantan Tengah dan Timur mempunyai tingkat
konsumsi pangan hasil laut tinggi melebihi dua kali jumlah konsumsi target
nasional (Muhammad dan Guntur, 1996).
Di USA dan Kanada peningkatan konsumsi iodium
adalah dengan suplementasi, misalnya dengan garam dapur (garam beriodium) dan
juga dalam medikasi dan zat-zat pendiagnosis. Di Indonesia garam termasuk
dalam sembilan bahan pangan pokok yang diperlukan oleh masyarakat dan oleh
karena itu merupakan bahan makanan penting. Secara normal jumlah garam
yang dikonsumsi per orang per hari adalah sekitar 5 – 15 gram sedangkan yang
dianjurkan yaitu tidak melebihi 6 gram atau satu sendok teh setiap hari.
Hal ini disebabkan karena apa bila konsumsi garam berlebihan dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit lain seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi
(DitJen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1995).
G. Penilaian
Masalah Gaky Di Indonesia
Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY
di sebagian besar daerah di Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas
didasarkan atas TGR anak sekolah, namun TGR wanita hamil selalu lebih tinggi.
TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan) belum menjamin bahwa wanita
hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini diperlukan tolok ukur
tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk endemi berat.
Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama masih
tetap defisiensi yodium.
H. Total
Goiter Rate (TGR)
Total Goiter Rate (TGR) adalah Angka prevalensi
gondok yang dihitung berdasarkan semua stadium pembesaran kelenjar gondok, baik
yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR digunakan untuk menentukan
tingkat endemisitas GAKY.TGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun
1996/1998 adalah 9.8% sedangkan tahun 2003 adalah 11.1%. Propinsi dengan TGR
tertinggi tahun 1996/1998 maupun tahun 2003 adalah Maluku yaitu 33.39% dan
31.6%. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1%
sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0.7%. Intensitas dari kekurangan
yodium dapat dilihat dari pembesaran kelenjar gondok.
Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam
Beriodium Rumah Tangga Hubungan antara TGR dan proporsi rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beriodium dalam suatu daerah adalah negatip, berarti semakin
tinggi proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium semakin rendah
TGR.Indikator TGR telah sejak lama digunakan di Indonesia dalam survei maupun
sebagai dasar penetapan kebijakan program penanggulangan GAKY. TGR tidak
menunjukkan penurunan dalam 1998-2003 walaupun dilaksanakan program
penanggulangan intensif. Masalah yang sering dijumpai pada palpasi kelenjar
tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar palpator) demikian juga
nilai sensitivitas dan spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang kompeten
di bidang GAKY yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan indikator TGR untuk
memantau kemajuan eliminasi GAKY.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Iodium merupakan
salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam
jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan
efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua orang.
2.
GAKY merupakan
masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit
gangguan seperti Gondok, kreatinisme dan keterlambatan pertumbuhan dan
kecerdasan.
3.
Dampak GAKY
terhadap permasalahan di lingkungan masyarakat :
·
Pengaruh GAKY
terhadap Kelangsungan Hidup.
·
Pengaruh GAKY
terhadap Perkembangan Intelegensia.
·
Pengaruh GAKY
terhadap Perkembangan Sosial.
·
Pengaruh GAKY
terhadap Perkembangan Ekonomi
4.
Dosis pemberian
yodium adalah sebagai berikut :
a. Anak
SD (daerah Endemik Berat) : 1 kapsul/tahun
b. Daerah
endemik Sedang dan Berat :
§ Wanita
Usia Subur (WUS) : 2 kapsul/tahun @ 200 mg
§ Ibu
Hamil : 1 kapsul/tahun
§ Ibu
Menyusui : 1 kapsul/tahun
5.
Penanggulangan
yang paling baik untuk gangguan akibat kekurangan yodium adalah dengan
pencegahan, salah satunya dengan penyebaran informasi tentang pentingnya
mengkonsumsi garam beryodium, pemberian kapsul pertahun pada masyarakat yang
terkena penyakit Gondok
6.
Kebutuhan Yodium
orang dewasa diperkirakan 150 mikrogram/hari, bagi wanita hamil sekitar 75 mikrogram/
hari dan kebutuhan Yodium bagi ibu menyusui mencapai 200 mikrogram/hari
B.
SARAN
1.
Diharapkan
adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggunakan garam yodium.
2.
Diharapkan
adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam beryodium oleh tenaga kesehatan
kapada masyarakat.
3.
Peran aktif
mahasiswa dalam pelaksanaan program yodiumnisasi
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES RI,Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium, Jakarta 1996.
Lisdiana, Ir, Waspada
Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus
Agriwidaya, Bandar Lampung 1998.
Notoatmodjo Soekidjo,Prof.Dr, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Rineka Cipta,Jakarta 1996.
Nyoman I Dewa dkk, Penilaian Status Gizi,EGC
Jakarta 2002.
Sr.Alfonsine C.B, B.Sc, Pengantar Ilmu Gizi, Intan, Jakarta 1984.
Borgata Hotel Casino & Spa | DrmCD
BalasHapusAtlantic City, NJ. Borgata Hotel Casino 충청북도 출장마사지 & 전라북도 출장샵 Spa. 김천 출장샵 1 Borgata Way, Atlantic City, NJ 강원도 출장샵 08401 시흥 출장마사지 Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City, NJ.