TUGAS
TERSTRUKTUR
PERENCANAAN PROYEK
INDUSTRI PANGAN
ASPEK TEKNIS
DAN TEKNOLOGI
PERENCANAAN PENDIRIAN
INDUSTRI
GENDHIS JAHE
Disusun Oleh :
Dwi Apriyanti Kurniawan A1M012002
Chandra M A1M011036
Nila Nor Hidayah A1M012006
Nurul Aeni A1M012013
Risqiyatul Jannah A1M012016
Siti Nurul Hidayah A1M012068
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2014
ANALISIS ASPEK TEKNIK
DAN TEKNOLOGIS
Aspek
teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila
sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang
cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini
sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan
teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi,
sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi
perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari.
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan
dapat diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat
kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa
evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja
sesuai desain dan kapasitas penggunanya.
Soeharto
(1995) menambahkan pengkajian aspek-aspek teknik mencakup hal-hal: menentukan
letak geografis lokasi, mencari dan memilih teknologi proses produksi,
menentukan kapasitas produksi, denah atau tata letak instalasi, bangunan
instalasi (plant building).
Secara
umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek ini yaitu :
a. Agar
perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik,
gudang, cabang maupun kantor pusat.
b. Agar
perusahaan dapat menentukan layout yang
sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan
efisiensi.
c. Agar perusahaan
bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.
d. Agar
perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan
sesuai dengan bidang usahanya.
e. Agar dapat
menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan
datang.
Di
dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek
ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang
telah jalan, namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
karena kesalahan memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat
pendirian usaha, seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan
baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya teknologi yang digunakan, mahalnya
biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya
A. Penentuan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal yang
penting. Pemilihan lokasi yang tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan
efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangan dalam pemilihan
lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, suplai tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan dan
Muhammad, 2005).
Tujuan penentuan lokasi suatu perusahaan atau
pabrik dengan tepat adalah untuk dapat membantu perusahaan atau pabrik
beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien. Adapun faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan lokasi perusahaan adalah rencana masa depan, biaya
tanah dan bangunan, kemungkinan perluasaan, adanya fasilitas pelayanan,
ketersediaan air, pajak, sikap masyarakat sekitar lokasi, iklim, tanah,
perumahan dan fasilitas lainnya. Husnan dan Suwarsono (2000) menambahkan
beberapa variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi
pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi.
Penentuan lokasi menjadi faktor penting bagi industri
pengolahan gula semut jahe “Gendhis Jahe” karena hal ini
sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan
kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi pabrik harus memperhatikan ketersediaan
bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, listrik dan
air, supply tenaga kerja serta
fasilitas transportasi.
Terdapat dua tahap penentuan lokasi yang dilakukan, yaitu penentuan
bobot prioritas parameter kelayakan lokasi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan penentuan alternatif lokasi
dengan metode zero-one.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan
dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan
variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Pembobotan dilakukan dengan nilai yang paling
tinggi diasumsikan sebagai biaya yang termurah. Menurut Husnan dan Suwarsono (1984) penentuan bobot prioritas meliputi lima parameter kelayakan
lokasi perusahaan. Parameter-parameter yang akan dibandingkan adalah kemudahan
penyediaan bahan baku (Bb), kemudahan akses pasar (Ps), ketersediaan sarana
transportasi (St), dan ketersediaan utilitas air dan listrik (Ut). Penentuan
bobot prioritas terhadap kelima parameter dilakukan dengan survei.
Tahap
kedua yaitu penentuan alternatif lokasi dengan zero-one. Metode ini
merupakan penilaian
terhadap perbandingan alternatif lokasi yang didasarkan pada kondisi wilayah
yang dimiliki dengan menggunakan bobot parameter yang telah diketahui
sebelumnya. Usaha gula semut jahe “Gendhis Jahe”
ini dilakukan di Kecamatan Karanganyar,
Kecamatan Mrebet, Kecamatan Cilongok,
Kecamatan Kemranjen.
Parameter yang digunakan adalah bahan baku, kemudahan akses pasar, tenaga kerja, transportasi, serta tersedianya
pembangkit tenaga listrik dan air.
·
Daerah pemasaran
Kebijakan dalam
menentukan lokasi usaha/proyek, apakah dekat dengan pasar hasil produksi atau
dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis
sehingga kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan
pasar biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanaan terhadap
konsumen dapat dilakukan dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang
dihasilkan relative lebih murah dan volume penjualan dapat ditingkatkan.
Ditinjau dari segi biaya pengangkutan,
apabila biaya pengangkutan barang jadi lebih besar dari biaya pengangkutan
bahan mentah dalam ukuran yang sama, selayaknya lokasi usaha/proyek yang dekat
dengan pasar lebih menguntungkan dari pada dekat dengan bahan baku.
·
Bahan baku
Pendirian usaha/proyek
yang dekat dengan bahan baku mempunyai beberapa keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin
kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan
usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari ongkos
angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang diangkut jauh lebih besar
daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi usaha/proyek yang
dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
·
Tenaga kerja
Dalam menentukan
lokasi usaha/proyek, supply tenaga
kerja juga perlu mendapat perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja
maupun kualitas yang diperlukan. Apabila usaha jenang yang didirikan
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar (padat karya)
sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman penduduk. Demikian
pula dengan usaha-usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat.
Supply tenaga kerja yang cukup bagi usaha padat karya pada umumnya
merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian, walaupun kualitas dan komposisi
tenaga kerja yang tersedia juga amat diperlukan. Untuk gagasan usaha/pabrik
yang direncanakan memerlukan tenaga yang mempunyai keahlian (skill) sebaiknya lokasi usaha tersebut
didirikan dekat dengan tenaga kerja yang mempunyai skill karena ada kalanya untuk memindahkan tenaga kerja skill amat sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan pada
uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan bisnis, faktor supply tenaga kerja perlu mendapat perhatian terutama menyangkut
dengan penyediaan tenaga kerja baik tenaga kerja ahli, setengah ahli, maupun
tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian.
·
Fasilitas pengangkutan
Fasilitas
pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu menjadi perhatian dari
penyusunan studi kelayakan, karena masalah pengangkutan merupakan masalah dalam
pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja.
Pendirian usaha
yang tidak mempunyai fasilitas angkutan, terpaksa membangun jalan-jalan baru
yang memerlukan investasi yang cukup besar dan kesemuanya itu merupakan beban
dari proyek/kegiatan usaha yang direncanakan. Besarnya biaya transportasi yang
dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan keadaan ini
menyebabakan gagasan usaha/proyek yang direncanakan tidak feasible untuk dikerjakan.
·
Fasilitas tenaga listrik dan air
Secara teknis,
apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan fasilitas listrik dalam
kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan
lokasi proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian, terutama ada tidaknya tenaga
listrik yang tersedia. Tenaga listrik yang telah ada seperti PLN biayanya lebih
murah dibanding dengan membangun tenaga listrik sendiri.
Demikian pula
dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses produksi
memerlukan air dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat
dengan air. Berdasarkan pada uraian ini, peranan lokasi dalam menentukan tempat
pendirian kegiatan proyek/pabrik yang akan didirikan tidak dapat diabaikan,
tapi harus diperhitungkan secara objektif dengan menggunakan penilaian dan
perhitungan yang cermat dan teliti sehingga keadaan ini dapat menjamin
kontinuitas dari kegiatan usaha yang akan didirikan.
Kriteria
|
Bobot
|
Kec. Karanganyar
|
Kec. Mrebet
|
Kec. Cilongok
|
Kec. Kemranjen
|
||||
Nilai
|
NT
|
Nilai
|
NT
|
Nilai
|
NT
|
Nilai
|
NT
|
||
Bahan Baku
|
0.52
|
60
|
31.2
|
80
|
41.6
|
75
|
39
|
70
|
36.4
|
Akses Pasar
|
0.13
|
70
|
9.1
|
75
|
9.75
|
80
|
10.4
|
65
|
8.45
|
Transportasi
|
0.08
|
65
|
5.2
|
70
|
5.6
|
75
|
6
|
60
|
4.8
|
Utilisasi
|
0.27
|
60
|
16.2
|
75
|
20.25
|
65
|
17.55
|
70
|
18.9
|
Total
|
1.0
|
|
61.7
|
|
77.2
|
|
72.95
|
|
68.55
|
|
BB
|
PS
|
ST
|
UT
|
VE
|
VP
|
VA
|
VB
|
BB
|
1
|
5
|
6
|
4
|
3.3098
|
0.5801
|
2.4923
|
4.2962
|
PS
|
0.2
|
1
|
1
|
0.25
|
0.4729
|
0.0829
|
0.3393
|
4.0940
|
ST
|
0.17
|
1
|
1
|
0.2
|
0.4273
|
0.0749
|
0.3069
|
4.0976
|
UT
|
0.25
|
4
|
5
|
1
|
1.4953
|
0.2621
|
1.1131
|
4.2470
|
Jumlah
|
5.7053
|
1
|
|
16.7348
|
Nilai Eigen Maksimum =
=
= 4.1837
CI =
=
= 0.0612
CR =
=
= 0.068 → CR < 0.1 → Matriks Perbandingan dapat
diterima
·
Tabel Zero-One parameter kemudahan suplai bahan
baku
Alternatif
|
(1,2)
|
(1,3)
|
(1,4)
|
(2,3)
|
(2,4)
|
(3,4)
|
Ʃ
|
Indeks Performa
|
Kec. Karanganyar
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
0
|
0
|
Kec. Mrebet
|
1
|
|
|
1
|
1
|
|
3
|
50.00
|
Kec. Cilongok
|
|
1
|
|
0
|
|
1
|
2
|
33.33
|
Kec. Kemranjen
|
|
|
1
|
|
0
|
0
|
1
|
16.67
|
·
Tabel Zero-One parameter kemudahan akses pasar
Alternatif
|
(1,2)
|
(1,3)
|
(1,4)
|
(2,3)
|
(2,4)
|
(3,4)
|
Ʃ
|
Indeks Performa
|
Kec. Karanganyar
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
1
|
16.67
|
Kec. Mrebet
|
1
|
|
|
0
|
1
|
|
2
|
33.33
|
Kec. Cilongok
|
|
1
|
|
1
|
|
1
|
3
|
50.00
|
Kec. Kemranjen
|
|
|
0
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
·
Tabel Zero-One parameter sarana transportasi
Alternatif
|
(1,2)
|
(1,3)
|
(1,4)
|
(2,3)
|
(2,4)
|
(3,4)
|
Ʃ
|
Indeks Performa
|
Kec. Karanganyar
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
1
|
16.67
|
Kec. Mrebet
|
1
|
|
|
0
|
1
|
|
2
|
33.33
|
Kec. Cilongok
|
|
1
|
|
1
|
|
1
|
3
|
50.00
|
Kec. Kemranjen
|
|
|
0
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
·
Tabel Zero-One parameter utilitas
Alternatif
|
(1,2)
|
(1,3)
|
(1,4)
|
(2,3)
|
(2,4)
|
(3,4)
|
Ʃ
|
Indeks Performa
|
Kec. Karanganyar
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
0
|
0
|
Kec. Mrebet
|
1
|
|
|
1
|
1
|
|
3
|
50.00
|
Kec. Cilongok
|
|
1
|
|
0
|
|
0
|
1
|
16.67
|
Kec. Kemranjen
|
|
|
1
|
|
0
|
1
|
2
|
33.33
|
Seluruh alternatif ini dibandingkan satu
persatu berdasarkan pada setiap parameter secara bertahap. Hasil perbandingan
suatu alternatif bernilai satu (1) berarti kondisi alternatif tersebut memilki
kondisi yang lebih baik atau lebih menguntungkan dibanding dengan pembandingnya, sebaliknya jika lebih
buruk atau tidak menguntungkan akan bernilai nol (0). Hasil penilaian bobot parameter akan digabungkan dengan
metode AHP dalam satu matriks keputusan alternatif seperti disajikan pada
Gambar 1.
Parameter
|
Bb
|
Ps
|
St
|
Ut
|
Total
|
|
58
|
8
|
8
|
26
|
100
|
Alternatif
|
|||||
|
|
1.33
|
1.33
|
0
|
2.67
|
0
|
16.67
|
16.67
|
0
|
||
Kec. Mrebet
|
29
|
|
19.33
|
29
|
96.66
|
50
|
33.33
|
|
50
|
||
Kec. Cilongok
|
19.33
|
29
|
29
|
9.67
|
87
|
33.33
|
50
|
50
|
16.67
|
||
Kec. Kemranjen
|
9.67
|
0
|
0
|
|
29
|
16.67
|
0
|
0
|
33.33
|
Gambar 1. Matriks keputusan pemilihan
alternatif lokasi
Berdasarkan matriks
keputusan pemilihan alternatif lokasi, diperoleh bahwa alternatif lokasi dengan
presentase terbesar berdasarkan pertimbangan lima parameter kelayakan lokasi
industri yang difokuskan untuk pendirian industri Gendhis Jahe di
Kecamatan Mrebet. Menurut survei dari
responden, kelima aspek
tersebut pun masing-masing memilki bobot yang tinggi.
Lokasi yang
direncanakan akan didirikannya industri ini
adalah daerah sekitar Desa Bojong,
Kecamatan Mrebet,
Kabupaten Purbalingga,
Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan
berikut:
1. Lokasi ini dekat dengan lokasi yang mudah ditanami pohon kelapa
dan jahe.
2. Lokasi ini dekat dengan pasar sasaran.
3. Tenaga listrik dan air terpenuhi dengan
baik di lokasi ini.
4. Suplai tenaga kerja masih banyak di
lokasi ini.
5. Fasilitas transportasi di lokasi ini
baik.
Kedekatan
lokasi industri dengan lokasi bahan baku dan pasar akan menghemat biaya
transportasi pengangkutan bahan baku dan penyaluran produk. Dengan demikian
efisiensi biaya transportasi bisa dilakukan. Efisiensi ini tentu saja akan
berpengaruh pada biaya produksi yang lebih rendah.
Tenaga
listrik PLN sudah tersalurkan dengan baik di lokasi ini. Suplai air tanah di
lokasi ini juga masih baik. Kualitas air tanah masih terjaga dengan baik dan
tidak tercemar. Air PDAM juga sudah tersedia di lokasi ini, sehingga kebutuhan
akan air bersih dapat terpenuhi dengan baik.
Suplai
tenaga kerja tentu saja masih tersedia dalam jumlah besar. Dengan adanya
industri ini, tenaga kerja yang ada di daerah ini bisa terserap dan dapat
mengurangi pengangguran.
Jalan di lokasi ini sudah cukup baik dan letaknya
dekat dengan jalur pantura. Dengan jalan yang baik ini, transportasi bahan baku
dan produk dapat dilakukan dengan lancar.
B. Penyediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor
produksi yang penting untuk dikaji dalam studi kelayakan proyek. Ketersediaan
bahan baku yang baik akan dapat menjaga keseimbangan proses produksi suatu
industri. Selain itu kajian bahan baku dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana peluang ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang. Selain itu juga ketersediaan bahan baku yang teratur
dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Kebutuhan nira kelapa dan
jahe sebagai bahan baku produksi banyak tersedia di Kabupaten
Purbalingga. Karena nira kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Purbalingga.
Nira dari Kabupaten Purbalingga mempunyai keunggulan dibanding kelapa dari daerah lain, diantaranya rasa yang manis, tahan lama dan tekstur dagingnya lembut. Pembuatan
Gendhis
Jahe diperlukan bahan tambahan/pendukung
seperti nira
kelapa, air kapur sirih jahe dan bahan tambahan lainnya. Ketersediaan bahan pendukung khususnya nira kelapa dan jahe dapat dipenuhi melalui
pembelian dari petani
yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Purbalingga.
C. Rencana Kapasitas
Produksi
Faktor yang mempengaruhi perencanaan kapasitas produksi
pada pabrik pengolahan sirup ini adalah ketersediaan bahan baku, ketersediaan
modal, peluang usaha, teknologi mesin dan kapasitas alat pengolahan, jumlah
tenaga kerja, serta nilai ekonomis usaha. Pendirian usaha pengolahan gula
kristal belum banyak terdapat di Kabupaten Purbalingga sehingga peluang usaha yang masih terbuka lebar.
Produksi gula kristal dalam
satu kali produksi menggunakan 60 liter nira
kelapa dan 12 kg jahe setelah diolah menjadi gula
dikemas menjadi beberapa kemasan dengan berat
bersih yang berbeda.
D. Proses Produksi
Husnan dan Suwarsono (1984 dalam Indrawati, 2006) menyatakan bahwa
patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah
seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan, di samping kriteria yang lain yakni :
a. Ketepatan jenis teknologi
yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b. Keberhasilan penggunaan
jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati
dengan lokasi proyek.
c. Kemampuan pengetahuan
penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya.
d. Pertimbangan kemungkinan
adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai
akibat keusangan.
Pada
pembuatan Gendhis Jahe ini akan dilalui dalam 3 tahap, yakni tahap persiapan,
tahap pembuatan, dan tahap pengemasan.
a. Tahap
persiapan
Tahap persiapan awal dilakukan untuk membuat Gendhis
Jahe adalah memilih buah nira kelapa dan jahe yang
memiliki kualitas yang bagus dan Selanjutnya dilakukan persiapan untuk
menentukan komposisi bahan baku dan bahan tambahan lainnya seperti air kapur sirih dan bahan lainnya.
Bahan tambahan tersebut harus memenuhi komposisi yang sesuai agar atribut
sensoris produk dihasilkan dengan baik/sesuai tuntutan konsumen.
Tindakan persiapan akhir yaitu penentuan ukuran kemasan dan dilakukan
pengemasan.
b. Tahap
pengolahan
Tahap-tahap yang
dilakukan dalam pembuatan Gendhis Jahe adalah pemilihan nira dan jahe. Setelah itu, buah nira dimasak sekitar 7-8 jam. Kemudian nira tersebut ditambah dengan air kapur, laru dan ekstrak jahe selama dua
jam. Setelah itu, bahan yang sudah tercampur didinginkan.
Setelah bahan didinginkan, kemudian bahan dihaluskan,
dan diayak dengan ayakan 80 mesh. Langkah ini dilakukan terus hingga bahan menjadi halus dan
bersih. Bahan
yang telah halus kemudian dimasukkan ke dalam oven
untuk dikeringkan.
Proses pemasakan
dapat berpengaruh terhadap kualitas warna, rasa, dan tekstur. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan gula kristal dengan kotoran yang masih ikut
dalam proses pemasakan. Jika proses penyaringan kurang bersih dan masih
terdapat sisa kotoran
proses maka akan berpengaruh pada kualitas gendhis, terutama tekstur menjadi kasar dan
tidak akan awet
karena ada kontaminasi dari luar.
c. Tahap
pengemasan
Tahap penyelesaian dalam pembuatan gendhis
jahe adalah gendhis dikemas dalam plastic kemasan yang steril yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke
dalam kemasan, sirup harus dalam keadaan sudah dingin. Gendhis
jahe yang telah dikemas, disterilkan untuk menghindari kontaminasi mikroba.
Gula yang akan dikemas harus dalam
keadaan dingin, bersih dan disaring, kemasan sudah bersih agar bebas dari bakteri, ditutup rapat sehingga gula kristal jahe akan tahan lama. Jika gula yang dikemas dalam keadaan panas, tidak disaring, tidak steril, maka gula kristal tidak akan tahan lama, cepat rusak dan kualitas sirup
rendah.
E. Mesin dan Peralatan
Alat dan mesin merupakan salah satu faktor produksi utama
selain bahan baku, tanpa alat dan mesin maka proses produksi tidak dapat
berjalan. Alat dan mesin yang akan digunakan meliputi baskom, penyaring, steam blancher, blender, panci stainless steel, sealer, mesin cetak dan potong label, oven,
kompor, tabung LPG 12 kg, timbangan digital dan timbangan
manual, ember plastik, pisau, sendok pengaduk, dan beberapa peralatan tambahan
lainnya.
F. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu sangat diperhatikan mulai dari persiapan
bahan baku hingga pengemasan. Pemeriksaan kualitas bahan baku untuk produk Gendhis
Jahe yang diterapkan pada industri dilakukan dengan cermat
dan teliti. Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang kualitas paling
baik dan telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh industri. Produk
akhir yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
G. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik
Jenis bangunan pada usaha Gendhis
Jahe dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
bangunan produksi dan non produksi. Bangunan produksi adalah bangunan yang
diperlukan untuk keseluruhan proses produksi, sedangkan bangunan non produksi
adalah bangunan yang mendukung proses produksi.
Menurut Suryani et al, (2006) dalam Ardi (2007), bangunan produksi yang dibutuhkan memiliki kriteria antara lain cukup luas,
mudah dibersihkan,ventilasi dan penerangan cukup, dan tersedianya perlengkapan
P3K. Lantai dibuat dari bahan yang kuat, rata, dan kedap air misalnya keramik.
Dinding ruang produksi dibuat dari bahan yang kuat, rata, halus, dan berwarna
terang. Langit-langit ruang dibuat cukup tinggi sehingga tidak terjadi
penumpukkan debu dan mudah dibersihkan.
a.
Ruang produksi
Menurut Apple (1990) dalam Ardi (2007), kebutuhan ruang yang
digunakan untuk ruangan produksi ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
kebutuhan ruang disesuaikan dengan bentuk alat dan wadah alat,
2)
kebutuhan ruangan mesin adalah panjang mesin dikalikan lebarnya,
3)
kebutuhan ruang untuk operator (bila ada)
adalah panjang peralatan dikalikan satu meter,
4)
kelonggaran yang dipakai adalah 150 persen,
kelonggaran ini dipakai untuk jarak antar peralatan serta lorong untuk
pergerakan orang dan bahan.
Perkiraan kebutuhan luas lahan untuk ruang
produksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan kebutuhan luas ruang produksi
No.
|
Fasilitas
|
Ukuran
|
Kebutuhan
Luas (m2)
|
|
Panjang
(m)
|
Lebar
(m)
|
|||
1
|
Penerimaan
Bahan Baku
|
5
|
5
|
25
|
2
|
Penampungan
Bahan Baku
|
5
|
5
|
25
|
3
|
Gudang
produk jadi
|
10
|
10
|
100
|
4
|
Gudang
peralatan
|
5
|
5
|
25
|
5
|
Area
Pengeringan
|
40
|
10
|
400
|
Total
|
65
|
35
|
575
|
b. Ruang non produksi
Ruangan non produksi atau ruang sipil yang
dibutuhkan dalam produksi terdiri dari beberapa ruangan atau tempat penunjang.
Perkiraan luas dari tiap ruangan
dijelaskan pada Tabel 3.
No.
|
Fasilitas
|
Ukuran
|
Kebutuhan
Luas (m2)
|
|
Panjang
(m)
|
Lebar
(m)
|
|||
1
|
Penyedotan
air
|
10
|
10
|
100
|
2
|
Tandon
air
|
5
|
5
|
25
|
3
|
Unit
pengelolaan limbah
|
20
|
10
|
200
|
4
|
Kamar
mandi/WC
|
12
|
3
|
36
|
5
|
Kantor
|
9
|
6
|
54
|
6
|
Area
pengeringan
|
40
|
10
|
400
|
7
|
Mushola
|
5
|
7
|
35
|
8
|
Tempat
parker
|
20
|
10
|
200
|
9
|
Pos
satpam
|
3
|
2
|
6
|
10
|
Taman
|
25
|
10
|
250
|
11
|
Jalan
|
100
|
4
|
400
|
Total
|
249
|
77
|
1706
|
Tabel 3. Perkiraan kebutuhan luas ruang non produksi
Perkiraan kebutuhan luas lahan keseluruhan
perusahaan disajikan pada Tabel 4.
No
|
Pusat Aktivitas
|
Luas lahan (m2)
|
1.
2.
|
Bangunan produksi
Bangunan non
produksi
|
575
1706
|
Total luas
|
|
1881
|
Tabel 4. Perkiraan
kebutuhan luas lahan
Desain
tata letak berhubungan erat dengan penyusunan letak mesin, peralatan peralatan
produksi, dan ruangan-ruangan dalam pabrik. Penyusunan tata letak akan
berpengaruh pada efisiensi produksi. Tata letak yang baik akan membuat proses
produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Tipe
tata letak pabrik ada dua macam, yaitu tipe tata letak berdasarkan produk (product
layout) dan berdasarkan proses (process layout). Penentuan tipe tata
letak bergantung pada spesifikasi proses produksi. Proses produksi yang berbeda
akan memiliki sifat-sifat khusus dan memerlukan desain tata letakyang berbeda
pula.
Industri
ini hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu Gendhis Jahe. Oleh karena itu,
tipe tata letak yang digunakan adalah berdasarkan produk (product layout).
Pada tipe tata letak berdasarkan produk, pengorganisasian pekerjaan didasarkan
pada urutan proses produksi suatu produk atau sekumpulan produk. Mesin-mesin
produksi diletakkan pada satu jalur menurut urutan proses produksinya.
Keterkaitan
antar aktivitas digunakan sebagai pedoman dalam merancang tata letak ruang
pabrik secara menyeluruh. Untuk menggambarkan keterkaitan antaraktivitas,
digunakan bagan keterkaitan antaraktivitas. Bagan keterkaitan antaraktivitas
industri ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Derajat hubungan aktivitas pada bagan keterkaitan antarkativitas tersebut
diberi tanda sandi dengan arti sebagai berikut:
·
A (absolutely
necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling
berdekatan dan bersebelahan.
·
E (especially
important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.
·
I (important)
menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.
·
O (ordinary)
menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan.
·
U (unimportant)
menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat.
·
X (undesirable)
menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak
boleh saling berdekatan.
Gambar 1.4. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri
Bagan
keterkaitan antaraktivitas tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan dan
menganalisis keterkaitan antaraktivitas. Informasi yang dihasilkan dari bagan
keterkaitan antaraktivitas kemudian diwujudkan dalam bentuk diagram yang
disebut diagram keterkaitan antaraktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas
menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada
(Apple, 1990). Setiap template mencantumkan informasi mengenai derajat
keterkaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain yang diperoleh dari bagan
keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antaraktivitas industri sirup
glukosa dapat dilihat pada Gambar 1.5.
Langkah selanjutnya adalah
menentukan kebutuhan luas ruang dan menyusun site plan. Luas ruang
dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap mesin dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruang operator,
kelonggaran, kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruangan-ruangan yang lain.
Kebutuhan luas ruang pada industri gendhis jahe dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Penyusunan site plan didasarkan pada diagram keterkaitan antaraktivitas
dan kebutuhan luas ruang. Site plan industri ini dapat dilihat pada
Daftar Pustaka atau sitasi mbak bro.Biar lebih mantap artikel nya.
BalasHapusmakasih datanya
BalasHapus