Selasa, 10 Juni 2014

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

TUGAS TERSTRUKTUR
PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI PANGAN

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
PERENCANAAN PENDIRIAN INDUSTRI
GENDHIS JAHE



Disusun Oleh :
                           Dwi Apriyanti Kurniawan   A1M012002
                           Chandra M                            A1M011036
                           Nila Nor Hidayah                  A1M012006
                           Nurul Aeni                             A1M012013
                           Risqiyatul Jannah                 A1M012016
                           Siti Nurul Hidayah                A1M012068



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2014


ANALISIS ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGIS
Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari.
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunanya.
            Soeharto (1995) menambahkan pengkajian aspek-aspek teknik mencakup hal-hal: menentukan letak geografis lokasi, mencari dan memilih teknologi proses produksi, menentukan kapasitas produksi, denah atau tata letak instalasi, bangunan instalasi (plant building).
Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek ini yaitu :
a.   Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang maupun kantor pusat.
b.   Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
c.   Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.
d.   Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
e.   Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang.
Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang telah jalan, namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan pemecahan karena kesalahan memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat pendirian usaha, seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya teknologi yang digunakan, mahalnya biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya
A.   Penentuan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal yang penting. Pemilihan lokasi yang tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2005).
Tujuan penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik dengan tepat adalah untuk dapat membantu perusahaan atau pabrik beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi perusahaan adalah rencana masa depan, biaya tanah dan bangunan, kemungkinan perluasaan, adanya fasilitas pelayanan, ketersediaan air, pajak, sikap masyarakat sekitar lokasi, iklim, tanah, perumahan dan fasilitas lainnya. Husnan dan Suwarsono (2000) menambahkan beberapa variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi.
Penentuan lokasi menjadi faktor penting bagi industri pengolahan gula semut jahe “Gendhis Jahe” karena hal ini sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi pabrik harus memperhatikan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, listrik dan air, supply tenaga kerja serta fasilitas transportasi.
Terdapat dua tahap penentuan lokasi yang dilakukan, yaitu penentuan bobot prioritas parameter kelayakan lokasi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan penentuan alternatif lokasi dengan metode zero-one.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Pembobotan dilakukan dengan nilai yang paling tinggi diasumsikan sebagai biaya yang termurah. Menurut Husnan dan Suwarsono (1984) penentuan bobot prioritas meliputi lima parameter kelayakan lokasi perusahaan. Parameter-parameter yang akan dibandingkan adalah kemudahan penyediaan bahan baku (Bb), kemudahan akses pasar (Ps), ketersediaan sarana transportasi (St), dan ketersediaan utilitas air dan listrik (Ut). Penentuan bobot prioritas terhadap kelima parameter dilakukan dengan survei.
Tahap kedua yaitu penentuan alternatif lokasi dengan zero-one. Metode ini merupakan penilaian terhadap perbandingan alternatif lokasi yang didasarkan pada kondisi wilayah yang dimiliki dengan menggunakan bobot parameter yang telah diketahui sebelumnya. Usaha gula semut jahe “Gendhis Jahe” ini dilakukan di Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kemranjen.
Parameter yang digunakan adalah bahan baku, kemudahan akses pasar, tenaga kerja, transportasi, serta tersedianya pembangkit tenaga listrik dan air.
·      Daerah pemasaran
Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, apakah dekat dengan pasar hasil produksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis sehingga kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan pasar biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanaan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relative lebih murah dan volume penjualan dapat ditingkatkan.
     Ditinjau dari segi biaya pengangkutan, apabila biaya pengangkutan barang jadi lebih besar dari biaya pengangkutan bahan mentah dalam ukuran yang sama, selayaknya lokasi usaha/proyek yang dekat dengan pasar lebih menguntungkan dari pada dekat dengan bahan baku.
·      Bahan baku
Pendirian usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku mempunyai beberapa keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
·      Tenaga kerja
Dalam menentukan lokasi usaha/proyek, supply tenaga kerja juga perlu mendapat perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila usaha jenang yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar (padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman penduduk. Demikian pula dengan usaha-usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat.
Supply tenaga kerja yang cukup bagi usaha padat karya pada umumnya merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian, walaupun kualitas dan komposisi tenaga kerja yang tersedia juga amat diperlukan. Untuk gagasan usaha/pabrik yang direncanakan memerlukan tenaga yang mempunyai keahlian (skill) sebaiknya lokasi usaha tersebut didirikan dekat dengan tenaga kerja yang mempunyai skill karena ada kalanya untuk memindahkan tenaga kerja skill amat sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan bisnis, faktor supply tenaga kerja perlu mendapat perhatian terutama menyangkut dengan penyediaan tenaga kerja baik tenaga kerja ahli, setengah ahli, maupun tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian.
·      Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu menjadi perhatian dari penyusunan studi kelayakan, karena masalah pengangkutan merupakan masalah dalam pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja.
Pendirian usaha yang tidak mempunyai fasilitas angkutan, terpaksa membangun jalan-jalan baru yang memerlukan investasi yang cukup besar dan kesemuanya itu merupakan beban dari proyek/kegiatan usaha yang direncanakan. Besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan keadaan ini menyebabakan gagasan usaha/proyek yang direncanakan tidak feasible untuk dikerjakan.
·      Fasilitas tenaga listrik dan air
Secara teknis, apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan fasilitas listrik dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan lokasi proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia. Tenaga listrik yang telah ada seperti PLN biayanya lebih murah dibanding dengan membangun tenaga listrik sendiri.
Demikian pula dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses produksi memerlukan air dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air. Berdasarkan pada uraian ini, peranan lokasi dalam menentukan tempat pendirian kegiatan proyek/pabrik yang akan didirikan tidak dapat diabaikan, tapi harus diperhitungkan secara objektif dengan menggunakan penilaian dan perhitungan yang cermat dan teliti sehingga keadaan ini dapat menjamin kontinuitas dari kegiatan usaha yang akan didirikan.
Kriteria
Bobot
Kec. Karanganyar
Kec. Mrebet
Kec. Cilongok
Kec. Kemranjen
Nilai
NT
Nilai
NT
Nilai
NT
Nilai
NT
Bahan Baku
0.52
60
31.2
80
41.6
75
39
70
36.4
Akses Pasar
0.13
70
9.1
75
9.75
80
10.4
65
8.45
Transportasi
0.08
65
5.2
70
5.6
75
6
60
4.8
Utilisasi
0.27
60
16.2
75
20.25
65
17.55
70
18.9
Total
1.0

61.7

77.2

72.95

68.55


BB
PS
ST
UT
VE
VP
VA
VB
BB
1
5
6
4
3.3098
0.5801
2.4923
4.2962
PS
0.2
1
1
0.25
0.4729
0.0829
0.3393
4.0940
ST
0.17
1
1
0.2
0.4273
0.0749
0.3069
4.0976
UT
0.25
4
5
1
1.4953
0.2621
1.1131
4.2470
Jumlah
5.7053
1

16.7348

Nilai Eigen Maksimum =  =  = 4.1837
CI =    =  = 0.0612
CR =  =  = 0.068 → CR < 0.1 → Matriks Perbandingan dapat diterima

·      Tabel Zero-One parameter kemudahan suplai bahan baku
Alternatif
(1,2)
(1,3)
(1,4)
(2,3)
(2,4)
(3,4)
Æ©
Indeks Performa
Kec. Karanganyar
0
0
0



0
0
Kec. Mrebet
1


1
1

3
50.00
Kec. Cilongok

1

0

1
2
33.33
Kec. Kemranjen


1

0
0
1
16.67



·      Tabel Zero-One parameter kemudahan akses pasar
Alternatif
(1,2)
(1,3)
(1,4)
(2,3)
(2,4)
(3,4)
Æ©
Indeks Performa
Kec. Karanganyar
0
0
1



1
16.67
Kec. Mrebet
1


0
1

2
33.33
Kec. Cilongok

1

1

1
3
50.00
Kec. Kemranjen


0

0
0
0
0

·      Tabel Zero-One parameter sarana transportasi
Alternatif
(1,2)
(1,3)
(1,4)
(2,3)
(2,4)
(3,4)
Æ©
Indeks Performa
Kec. Karanganyar
0
0
1



1
16.67
Kec. Mrebet
1


0
1

2
33.33
Kec. Cilongok

1

1

1
3
50.00
Kec. Kemranjen


0

0
0
0
0

·      Tabel Zero-One parameter utilitas
Alternatif
(1,2)
(1,3)
(1,4)
(2,3)
(2,4)
(3,4)
Æ©
Indeks Performa
Kec. Karanganyar
0
0
0



0
0
Kec. Mrebet
1


1
1

3
50.00
Kec. Cilongok

1

0

0
1
16.67
Kec. Kemranjen


1

0
1
2
33.33

Seluruh alternatif ini dibandingkan satu persatu berdasarkan pada setiap parameter secara bertahap. Hasil perbandingan suatu alternatif bernilai satu (1) berarti kondisi alternatif tersebut memilki kondisi yang lebih baik atau lebih menguntungkan dibanding dengan pembandingnya, sebaliknya jika lebih buruk atau tidak menguntungkan akan bernilai nol (0).  Hasil penilaian bobot parameter akan digabungkan dengan metode AHP dalam satu matriks keputusan alternatif seperti disajikan pada Gambar 1.
Parameter
Bb
Ps
St
Ut
Total
Bobot
58
8
8
26
100
Alternatif
Kec. Karanganyar
0
1.33
1.33
0
2.67
0
16.67
16.67
0
Kec. Mrebet
29
19.33
19.33
29
96.66
50
33.33
33.33
50
Kec. Cilongok
19.33
29
29
9.67
87
33.33
50
50
16.67
Kec. Kemranjen
9.67
0
0
19.33
29
16.67
0
0
33.33
Gambar 1.  Matriks keputusan pemilihan alternatif lokasi   
Berdasarkan matriks keputusan pemilihan alternatif lokasi, diperoleh bahwa alternatif lokasi dengan presentase terbesar berdasarkan pertimbangan lima parameter kelayakan lokasi industri yang difokuskan untuk pendirian industri Gendhis Jahe di Kecamatan Mrebet. Menurut survei dari responden, kelima aspek tersebut pun masing-masing memilki bobot yang tinggi.
Lokasi yang direncanakan akan didirikannya industri ini adalah daerah sekitar Desa Bojong, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:
1.    Lokasi ini dekat dengan lokasi yang mudah ditanami pohon kelapa dan jahe.
2.    Lokasi ini dekat dengan pasar sasaran.
3.    Tenaga listrik dan air terpenuhi dengan baik di lokasi ini.
4.    Suplai tenaga kerja masih banyak di lokasi ini.
5.    Fasilitas transportasi di lokasi ini baik.
Kedekatan lokasi industri dengan lokasi bahan baku dan pasar akan menghemat biaya transportasi pengangkutan bahan baku dan penyaluran produk. Dengan demikian efisiensi biaya transportasi bisa dilakukan. Efisiensi ini tentu saja akan berpengaruh pada biaya produksi yang lebih rendah.
Tenaga listrik PLN sudah tersalurkan dengan baik di lokasi ini. Suplai air tanah di lokasi ini juga masih baik. Kualitas air tanah masih terjaga dengan baik dan tidak tercemar. Air PDAM juga sudah tersedia di lokasi ini, sehingga kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi dengan baik.
Suplai tenaga kerja tentu saja masih tersedia dalam jumlah besar. Dengan adanya industri ini, tenaga kerja yang ada di daerah ini bisa terserap dan dapat mengurangi pengangguran.
Jalan di lokasi ini sudah cukup baik dan letaknya dekat dengan jalur pantura. Dengan jalan yang baik ini, transportasi bahan baku dan produk dapat dilakukan dengan lancar.

B.   Penyediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk dikaji dalam studi kelayakan proyek. Ketersediaan bahan baku yang baik akan dapat menjaga keseimbangan proses produksi suatu industri. Selain itu kajian bahan baku dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang. Selain itu juga ketersediaan bahan baku yang teratur dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Kebutuhan nira kelapa dan jahe sebagai bahan baku produksi banyak tersedia di Kabupaten Purbalingga. Karena nira kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Purbalingga. Nira dari Kabupaten Purbalingga mempunyai keunggulan dibanding kelapa dari daerah lain, diantaranya rasa yang manis, tahan lama dan tekstur dagingnya lembut. Pembuatan Gendhis Jahe diperlukan bahan tambahan/pendukung seperti nira kelapa, air kapur sirih jahe dan bahan tambahan lainnya. Ketersediaan bahan pendukung khususnya nira kelapa dan jahe dapat dipenuhi melalui pembelian dari petani yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Purbalingga.

C.   Rencana Kapasitas Produksi
Faktor yang mempengaruhi perencanaan kapasitas produksi pada pabrik pengolahan sirup ini adalah ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal, peluang usaha, teknologi mesin dan kapasitas alat pengolahan, jumlah tenaga kerja, serta nilai ekonomis usaha. Pendirian usaha pengolahan gula kristal belum banyak terdapat di Kabupaten Purbalingga sehingga peluang usaha  yang masih terbuka lebar.
Produksi gula kristal dalam satu kali produksi menggunakan 60 liter nira kelapa dan 12 kg jahe setelah diolah menjadi gula dikemas menjadi beberapa kemasan dengan berat bersih yang berbeda.

D.   Proses Produksi
Husnan dan Suwarsono (1984 dalam Indrawati, 2006) menyatakan bahwa patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, di samping kriteria yang lain yakni :
a.    Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b.    Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi proyek.
c.    Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya.
d.   Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.
Pada pembuatan Gendhis Jahe ini akan dilalui dalam 3 tahap, yakni tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap pengemasan.
a.  Tahap persiapan
Tahap persiapan awal dilakukan untuk membuat Gendhis Jahe adalah memilih buah nira kelapa dan jahe yang memiliki kualitas yang bagus dan Selanjutnya dilakukan persiapan untuk menentukan komposisi bahan baku dan bahan tambahan lainnya seperti  air kapur sirih dan bahan lainnya.
Bahan tambahan tersebut harus memenuhi komposisi yang sesuai agar atribut sensoris produk dihasilkan dengan baik/sesuai tuntutan konsumen.
Tindakan persiapan akhir yaitu penentuan ukuran kemasan dan dilakukan pengemasan.
b.  Tahap pengolahan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatan Gendhis Jahe adalah pemilihan nira dan jahe. Setelah itu, buah nira dimasak sekitar 7-8 jam. Kemudian nira  tersebut ditambah dengan air kapur, laru dan ekstrak jahe selama dua jam. Setelah itu, bahan yang sudah  tercampur didinginkan.
Setelah bahan didinginkan, kemudian bahan dihaluskan, dan diayak dengan ayakan 80 mesh. Langkah ini dilakukan terus hingga bahan menjadi halus dan bersih. Bahan yang telah halus kemudian dimasukkan ke dalam oven  untuk dikeringkan.
Proses pemasakan dapat berpengaruh terhadap kualitas warna, rasa, dan tekstur. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan gula kristal  dengan kotoran yang masih ikut dalam proses pemasakan. Jika proses penyaringan kurang bersih dan masih terdapat sisa kotoran proses maka akan berpengaruh pada kualitas gendhis, terutama tekstur menjadi kasar dan tidak akan awet karena ada kontaminasi dari luar.
c.  Tahap pengemasan
Tahap penyelesaian dalam pembuatan gendhis jahe adalah gendhis dikemas dalam plastic kemasan yang steril yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, sirup harus dalam keadaan sudah dingin. Gendhis jahe yang telah dikemas, disterilkan untuk menghindari kontaminasi mikroba.
Gula yang akan dikemas harus dalam keadaan dingin, bersih dan disaring, kemasan sudah bersih agar bebas dari bakteri, ditutup rapat sehingga gula kristal jahe akan tahan lama. Jika gula yang dikemas dalam keadaan panas, tidak disaring, tidak steril, maka gula kristal tidak akan tahan lama, cepat rusak dan kualitas sirup rendah.


E.   Mesin dan Peralatan
Alat dan mesin merupakan salah satu faktor produksi utama selain bahan baku, tanpa alat dan mesin maka proses produksi tidak dapat berjalan. Alat dan mesin yang akan digunakan meliputi baskom, penyaring, steam blancher, blender, panci stainless steel, sealer, mesin cetak dan potong label, oven, kompor, tabung LPG 12 kg, timbangan digital dan timbangan manual, ember plastik, pisau, sendok pengaduk, dan beberapa peralatan tambahan lainnya.

F.    Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu sangat diperhatikan mulai dari persiapan bahan baku hingga pengemasan. Pemeriksaan kualitas bahan baku untuk produk Gendhis Jahe yang diterapkan pada industri dilakukan dengan cermat dan teliti. Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang kualitas paling baik dan telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh industri. Produk akhir yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

G.   Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik
Jenis bangunan pada usaha Gendhis Jahe dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu bangunan produksi dan non produksi. Bangunan produksi adalah bangunan yang diperlukan untuk keseluruhan proses produksi, sedangkan bangunan non produksi adalah bangunan yang mendukung proses produksi.
Menurut Suryani et al, (2006) dalam Ardi (2007), bangunan produksi yang dibutuhkan memiliki kriteria antara lain cukup luas, mudah dibersihkan,ventilasi dan penerangan cukup, dan tersedianya perlengkapan P3K. Lantai dibuat dari bahan yang kuat, rata, dan kedap air misalnya keramik. Dinding ruang produksi dibuat dari bahan yang kuat, rata, halus, dan berwarna terang. Langit-langit ruang dibuat cukup tinggi sehingga tidak terjadi penumpukkan debu dan mudah dibersihkan.
a.    Ruang produksi
Menurut Apple (1990) dalam Ardi (2007), kebutuhan ruang yang digunakan untuk ruangan produksi ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1)   kebutuhan ruang disesuaikan dengan bentuk alat dan wadah alat,
2)   kebutuhan ruangan mesin adalah panjang mesin dikalikan lebarnya,
3)   kebutuhan ruang untuk operator (bila ada) adalah panjang peralatan dikalikan satu meter,
4)   kelonggaran yang dipakai adalah 150 persen, kelonggaran ini dipakai untuk jarak antar peralatan serta lorong untuk pergerakan orang dan bahan.
Perkiraan kebutuhan luas lahan untuk ruang produksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.  Perkiraan kebutuhan luas ruang produksi
No.
Fasilitas
Ukuran
Kebutuhan Luas (m2)
Panjang (m)
Lebar (m)
1
Penerimaan Bahan Baku
5
5
25
2
Penampungan Bahan Baku
5
5
25
3
Gudang produk jadi
10
10
100
4
Gudang peralatan
5
5
25
5
Area Pengeringan
40
10
400
Total
65
35
575

b.    Ruang non produksi
Ruangan non produksi atau ruang sipil yang dibutuhkan dalam produksi terdiri dari beberapa ruangan atau tempat penunjang. Perkiraan luas dari tiap ruangan dijelaskan pada Tabel 3.
No.
Fasilitas
Ukuran
Kebutuhan Luas (m2)
Panjang (m)
Lebar (m)
1
Penyedotan air
10
10
100
2
Tandon air
5
5
25
3
Unit pengelolaan limbah
20
10
200
4
Kamar mandi/WC
12
3
36
5
Kantor
9
6
54
6
Area pengeringan
40
10
400
7
Mushola
5
7
35
8
Tempat parker
20
10
200
9
Pos satpam
3
2
6
10
Taman
25
10
250
11
Jalan
100
4
400
Total
249
77
1706

Tabel 3. Perkiraan kebutuhan luas ruang non produksi
Perkiraan kebutuhan luas lahan keseluruhan perusahaan disajikan pada Tabel 4.
No
Pusat Aktivitas
Luas lahan (m2)
1.
2.
Bangunan produksi
Bangunan non produksi
575
1706
Total luas
  
1881

Tabel 4. Perkiraan kebutuhan luas lahan
Desain tata letak berhubungan erat dengan penyusunan letak mesin, peralatan peralatan produksi, dan ruangan-ruangan dalam pabrik. Penyusunan tata letak akan berpengaruh pada efisiensi produksi. Tata letak yang baik akan membuat proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Tipe tata letak pabrik ada dua macam, yaitu tipe tata letak berdasarkan produk (product layout) dan berdasarkan proses (process layout). Penentuan tipe tata letak bergantung pada spesifikasi proses produksi. Proses produksi yang berbeda akan memiliki sifat-sifat khusus dan memerlukan desain tata letakyang berbeda pula.
Industri ini hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu Gendhis Jahe. Oleh karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah berdasarkan produk (product layout). Pada tipe tata letak berdasarkan produk, pengorganisasian pekerjaan didasarkan pada urutan proses produksi suatu produk atau sekumpulan produk. Mesin-mesin produksi diletakkan pada satu jalur menurut urutan proses produksinya.
Keterkaitan antar aktivitas digunakan sebagai pedoman dalam merancang tata letak ruang pabrik secara menyeluruh. Untuk menggambarkan keterkaitan antaraktivitas, digunakan bagan keterkaitan antaraktivitas. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri  ditunjukkan pada Gambar 1.4. Derajat hubungan aktivitas pada bagan keterkaitan antarkativitas tersebut diberi tanda sandi dengan arti sebagai berikut:
·      A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan.
·      E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.
·      I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.
·      O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan.
·      U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat.
·      X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.

Gambar 1.4. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri
Bagan keterkaitan antaraktivitas tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan dan menganalisis keterkaitan antaraktivitas. Informasi yang dihasilkan dari bagan keterkaitan antaraktivitas kemudian diwujudkan dalam bentuk diagram yang disebut diagram keterkaitan antaraktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Setiap template mencantumkan informasi mengenai derajat keterkaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lain yang diperoleh dari bagan keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruang dan menyusun site plan. Luas ruang dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mesin dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruang operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruangan-ruangan yang lain. Kebutuhan luas ruang pada industri gendhis jahe dapat dilihat pada Tabel 1.1. Penyusunan site plan didasarkan pada diagram keterkaitan antaraktivitas dan kebutuhan luas ruang. Site plan industri ini dapat dilihat pada 

2 komentar: