LAPORAN
KIMIA DASAR II
ACARA
5
UJI
BAEYER UNTUK SENYAWA KARBON
RANGKAP
DUA DAN RANGKAP TIGA

Oleh
:
Risqiyatul
Jannah (A1M012016)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa
karbon yang paling sederhana adalah senyawa hidrogen dan karbon atau hidrokarbon yang terdiri dari rantai alkana,
alkena, dan alkuna. Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak
terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak
pelumas, dan aspal. Tiap – tiap atom karbon tersebut dapat mengikat empat atom
lain atau maksimum hanya 4 buah atom hidrogen. Pada dasarnya terdapat tiga
jenis hidrokarbon:
•
Hidrokarbon jenuh, juga disebut alkana (CnH2n+2), yang tidak memiliki ikatan
rangkap atau aromatik.
•
Hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara
atom-atom karbon, yang dibagi menjadi: Alkena (CnH2n) dan Alkuna (CnH2n-2)
•
Hidrokarbon aromatik, mempunyai setidaknya satu cincin aromatic (CnH2n)
Uji
Baeyer merupakan suatu percobaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan
rangkap dua dan tiga suatu senyawa. Untuk itu pada uji Baeyer kali ini
praktikan menggunakan kalium permanganat (KMnO
) untuk mengetahui ketidakjenuhan
serta ikatan rangkap dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya dengan menggunakan
beberapa senyawa sampel, yaitu minyak kelapa, minyak sawit dan minyak jarak.

Prinsip
dari uji Baeyer ini adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga suatu
senyawa hidrokarbon dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna ungu
dari ion MNO4
, karena bereaksi dengan alkena
atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO
.


Berikut reaksi :
R
R R
R
|
| | |
C = C + MNO4
--------------- R - C – C – R +
MnO




|
| (ungu) | |
R
R R R
B.
Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap pada senyawa
karbon.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Senyawa karbon adalah senyawa yang molekulnya mengandung atom-atom karbon dan atom-atom
unsur lain seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen. Antara
atom C dapat saling berikatan membentuk rantai C dengan ikatan tunggal maupun
ikatan rangkap (rangkap dua atau tiga). Atom karbon dapat membentuk berbagai macam senyawa karena mempunyai
kekhasan yaitu kemampuannya membentuk empat ikatan kovalen. Kekhasan atom
karbon yang lain yaitu kemampuan berikatan antar-atom karbon untuk membentuk
suatu rantai karbon. Rantai karbon tersebut dapat berupa rantai lurus,
bercabang, dan tertutup atau berbentuk cincin. Selain dapat berikatan tunggal, atom karbon juga dapat membentuk ikatan rangkap
dua dan rangkap tiga (Fessenden & Fessenden, 1997, hlm. 48)
Senyawa karbon yang paling sederhana adalah senyawa
hidrogen dan karbon atau hidrokarbon
yang terdiri dari rantai alkana, alkena, dan alkuna. Hidrokarbon merupakan
senyawa karbon yang hanya tersusun atas unsur karbon dan unsur hidrogen yang
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu hidrokarbon alifatik yang mencakup
alkana, alkena, dan alkuna serta hidrokarbon aromatik yang mencakup benzena dan
senyawa turunannya.
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah
alkana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen
dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana
berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam
(Wilbraham, 1992).
Hidrokarbon dapat di klasifikasikan menurut macam-macam
ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang
mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau
lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan
hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997)
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya
terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1. Hidrogen alifatik terdiri
atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering
disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh
hidrokarbon alifatik yaitu :
C2H6 (etana) CH3CH2CH2CH2CH3
(pentana)
2. Hidrokarbon alisiklik atau
hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar
atau lebih.
Hidrokarbon aromatik merupakan golongan
khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan
ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan
terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya
yang khas (Syukri, 1999).
Salah satu cara untuk mengetahui sebuah larutan
tersebut mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau tidak jenuh dengan cara uji
bayer. Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan heksana,
benzena,dan sikloheksana tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji
bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan alcohol absolut dan larutan
KMnO4 5%. Larutan KMnO4 mengoksidasi
senyawa tak jenuh. Alkana dan senyawa aromatik umumnya tidak reaktif dengan
KMnO4.
Larutan uji (KMnO
) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu
menghilang dan nampak endapan MnO
coklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari
ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida.
Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan
sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dari alkana yang pada umumnya tidak
bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas,
mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida,
alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif. (Day, 1990).


Kalium permanganat yang digunakan pada Uji
Baeyer ini memang secara luas biasa
dipakai sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. KMnO
ini merupakan
suatu pereaksi yang mudah diperoleh,tidak mahal dan tidak memerlukan suatu
indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Kelebihan
yang dimiliki dari kalium permanganat adalah pada titik akhir suatu titrasi
cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa MnO
Akan tetapi karena reaksinya lambat, maka MnO
biasanya tidak
diendapkan pada akhir titrasi permanganat. (Hart, 1990).



III.
METODE
PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Bahan
·
Air
·
Aceton
·
95
% Etanol
·
Larutan
KMnO

·
Minyak
kelapa
·
Minyak
sawit
2. Alat
·
3
Tabung Reaksi
·
Pipet
Tetes
B. Prosedur Kerja

IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
|
Bahan
|
Awal
|
Setelah
2menit
|
Endapan
|
1
|
2ml
air + 2ml minyak kelapa
![]() |
Ungu
|
Ungu,
air dan minyak kelapa memisah
![]() |
Tidak
ada
|
2
|
2ml
air + 2ml minyak sawit
![]() |
Ungu
|
Ungu,
air dan minyak sawit memisah
![]() |
Tidak
ada
|
3
|
2ml
aseton +2ml minyak kelapa
![]() |
Ungu
kecokelatan
![]() |
Cokelat
keruh
![]() |
Ada,
berwarna cokelat
|
4
|
2ml
aseton +2ml minyak sawit
![]() |
Ungu
![]() |
Ungu
kemerahan
![]() |
Ada,
berwarna cokelat
|
5
|
2ml
95% etanol +2ml minyak kelapa
![]() |
Ungu
![]() |
Ungu
merah muda/merah marun
![]() |
Ada
berupa gel
|
6
|
2ml
95% etanol +2ml minyak sawit
![]() |
Ungu
![]() |
Ungu
merah muda/merah marun
![]() |
Ada
|
B. Pembahasan
Dari
data pengamatan yang diperoleh dari hasil Uji Baeyer ini menunjukkan bahwa
terdapat suatu reaksi yang berjalan, hal ini dapat dilihat dari warna ungu yang
menghilang dan nampak endapan MnO
coklat.

Percobaan Baeyer dengan menggunakan sampel
minyak kelapa dan minyak sawit menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini
dapat dilihat dari hasil percobaan ini yaitu dengan adanya endapan berwarna
cokelat. Endapan berwana cokelat ini menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap
pada larutan. Selain itu apabila terdapat pergeseran warna di dalam larutan
yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya reaksi.
Pada percobaan dengan dengan minyak kelapa
yang ditambah dengan 2ml air dan 5tetes KMnO
menghasilkan suatu larutan berwarna ungu. Setelah dua
menit, larutan berwarna ungu, air dan minyak kelapa memisah dan tidak terbentuk
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi.
Pada percobaan dengan minyak sawit yang ditambah 2ml air dan 5tetes KMnO
menghasilkan suatu larutan berwarna ungu. Setelah dua
menit, larutan berwarna ungu, air dan minyak kelapa memisah dan tidak terbentuk
endapan. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang
terjadi.


Uji coba dengan menggunakan tambahan 2ml aseton
pada sample minyak kelapa dan ditetesi 5tetes KMnO
menghasilkan
larutan berwarna ungu kecoklatan. Setelah dua menit, larutan berwarna cokelat
keruh dan terdapat endapan berwarna cokelat. Hal ini menunjukkan adanya
pergeseran warna yang terjadi. Selanjutnya larutan 2ml aseton ditambahkan pada
sample minyak sawit dan diberi 5tetes KMnO
,menghasilkan larutan berwarna ungu. Setelah dua
menit, larutan berwarna ungu kemerahan, terdapat endapan berwarna cokelat. Hal
ini menunjukkan adanya pergeseran warna yang terjadi.


Uji coba yang terakhir dilakukan dengan
penambahan 2ml 95% etanol. Sample minyak kelapa ditambah 2ml etanol dan 5tetes KMnO
menghasilkan
larutan berwarna ungu. Setelah dua menit, larutan berwarna ungu merah muda atau
merah marun dan terdapat endapan berupa gel. Pada minyak sawit yang ditambahkan
2ml etanol dan 5 tetes KMnO
menghasilkan
larutan berwarna ungu. Setelah dua menit, larutan berwarna ungu merah muda atau
merah marun dan terdapat endapan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran warna
yang terjadi.


Setelah dilakukan suatu percobaan ini didapat suatu
hasil. Pada uji coba yag menggunakan air tidak terjadi pergeseran warna. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan aquades tidak menunjukkan adanya suatu ikatan
rangkap. Hal lain ditunjukkan pada percobaan yang menggunakan aseton dan
etanol, percobaan dengan sample minyak sawit dan minyak kelapa menunjukkan
adanya suatu ikatan rangkap.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Uji Baeyer yang dilakukan dengan kalium permanganat ini
memperlihatkan adanya ikatan rangkap yaitu alkena dan alkuna pada uji coba saat
menggunakan aseton dan 95% etanol dengan sampel minyak kelapa dan minyak sawit.
B. Saran
1. Dalam pelaksanaan praktikum ini
sebaiknya praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk
meminimalisir kesalahan.
2. Praktikum ini sebaiknya dilaksanakan
dengan kondusif dan kerjasama antar kelompok harus terjaga dengan baik untuk
kelancaran acara praktikum itu sendiri.
3.
Seharusnya
peralatan praktikum yang akan digunakan disediakan sesuai jumlah kelompok yang
mengikuti praktikum agar praktikum berjalan lancar dan kondusif .
DAFTAR
PUSTAKA
Day, R,A and Underwood, A.,L.. 1990. Analisa Kimia
Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar
Kimia Organik.
Bina Aksara. Jakarta.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik
Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Khamidinal, Wahyuningsiha, T., Premono, S. 2009 . Kimia SMA/MA
Kelas X.
Pustaka Insan
Madani. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid III. Penerbit ITB.
Bandung.
Wilbraham, Antony. 1992. Pengantar Kimia
Organik Dan Hayati. ITB. Bandung.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar