LAPORAN
KIMIA DASAR II
ACARA
6
UJI
KUALITATIF UNTUK KARBOHIDRAT
Oleh
:
Risqiyatul
Jannah (A1M012016)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karbohidrat disebut juga sebagai hidrat
arang, didasarkan pada penelitian-penelitian awal yang menunjukkan bahwa pada
pemanasan senyawa tersebut akan membebaskan air (hidrat) dan menyisakan karbon
(arang). Berdasarkan hal tersebut karbohidrat dianggap sebagai senyawa organic
yang mempunyai rumus umum CnH2nOn. Karbohidrat
merupakan senyawa aldehid atau keton beserta turunannya yang mengikat banyak
gugus hidroksil, dengan kata lain karbohidrat merupakan senyawa polihidroksil
dari keton atau aldehid.
Karbohidrat atau sakarida
adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Bentuk molekul
karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana.
Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang
tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta
bercabang-cabang.
Karbohidrat merupakan bahan makanan
penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging
hewan. Selain
itu, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup
dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektin, serta lignin.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar
yang diperlukan tubuh. Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin
mobil menggunakan bensin. Glukosa,
karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia
bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengubahnya
menjadi tenaga untuk menjalankan sel-sel tubuh.
Selain sebagai sumber energi,
karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh,
berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur
sel dengan mengikat protein dan lemak.
Karbohidrat dapat diidentifikasikan
dengan pereaksi benedict, seliwanoff, pembentukan osazon, uji iod, pereaksi
fehling dan molisch. Dalam praktikum ini digunakan yang pertama pereaksi
molisch untuk mengetahui terjadinya reaksi dehidrasi yang merupakan sifat
karbohidrat jika direaksikan dengan asam mineral kuat. Kedua yaitu pereaksi
fehling untuk mengetahui kandungan gula pereduksi dengan dipanaskan.
B. Tujuan
1. Menguji adanya karbohidrat, gula dalam
beberapa larutan
2. Mengetahui adaanya senyawa reduksi
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbohidrat merupakan senyawa
karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat di alam yang mempunyai rumus umum CnH2nOn.
Karbohidrat dialam umumnya merupakan suatu polimer, tetapi ada pula karbohidrat
sederhana. Hasil hidrolisis ketiga kelas utama karbohidrat saling berkaitan.
(Fessenden, 1982)
Polisakarida
|
HO2
|
Oligosakarida
|
HO2
|
Monosakarida
|
H+
|
H+
|
Menurut
Fessenden, ditinjau dari hasil hidrolisisnya karbohidrat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Monosakarida (sering disebut gula
sederhana)
Monosakarida adalah
satuan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul
karbohidrat yang lebih sederhana lagi, misalnya glukosa, fruktosa, ribose dan
galaktosa. Semua monosakarida adalah zat padat yang mudah larut dalam air.
Larutannya bersifat optis aktif. Larutan monosakarida bereaksi positif dengan
pereaksi fehling atau pereaksi benedict maupun dengan Tollens. Monosakarida
dapat berupa aldosa atau ketosa. Golongan aldosa mempunyai satu gugus fungsi
aldehid (-CHO) dan beberapa gugus hidroksil (-OH), sedangkan golongan ketosa
mempunyai satu gugus fungsi keton (-CO-) dan beberapa gugus hidroksil. Struktur
dari beberapa monosakarida yang penting :
CH2OH
(GLUKOSA) (FRUKTOSA) (GALAKTOSA) (RIBOSA)
Glukosa
adalah monosakarida yang terpenting, kadang-kadang disebut gula darah (karena
dijumpai dalam darah). Fruktosa juga disebut levulosa karena memutar bidang
polirasisasi kekiri adalah gula termanis. Galaktosa terdapat dalam disakarida
laktosa, dalam keadaan terikat dengan glukosa. Ribosa membentuk sebagian
kerangka polimer dari asam-asam nukleat.
2. Disakarida
Suatu disakarida
adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari 2 satuan monosakarida yang
dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu-satuan ke
suatu OH satuan yag lain. Disakarida merupakan dimer monosakarida yang sejenis
atau berbeda jenis, sehingga bila dihidrolisis akan menghasilkan 2
monosakarida.
Disakarida yang banyak dikenal
adalah sukrosa atau gula tebu (dimmer dari glukosa dan fruktosa), maltosa
(dimer dari dua glukosa), dan laktosa atau gula susu (dimer dari glukosa dan
galaktosa). (Soetopo, 2002).
Sukrosa dan laktosa tidak dapat
difermentasikan sedangkan maltosa dapat difermentasikan menghasilkan alcohol
(etanol). Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling sebab gugus aldehidnya
sudah terikat pada fruktosa. Maltosa dan laktosa dapat mereduksi larutan
fehling sebab salah satu monomernya (glukosa dan galaktosa) masih memiliki
gugus aldehid bebas (belum terikat).
Seperti dinyatakan oleh namanya,
tiap molekul gula ini terdiri dari dua satuan monosakarida. Dapat dibayangkan
bahwa satu-satuan ini dihubungkan satu dengan yang lain oleh ikatan-ikatan yang
dihasilkan oleh eliminasi sebuah molekul air, misalnya sebuah molekul sukrosa
tersusun dari sebuah satuan glukosa dan sebuah satuan fruktosa yang digabungkan
seperti dibawah ini (Keenan, 1986)
3. Oligosakarida
Oligosakarida
adalah karbohidrat yang apabila dihidroisis akan terurai menjadi 3 sampai 10
monosakarida, misalnya dektrin dan maltopentosa. Oligosakarida yang saling
berhubungan misalnya disakarida, trisakaridadan sebagainya (Soetopo, 2002)
4. Polisakarida
Suatu
polisakarida adalah senyawa dalam man molekul-molekul mengandung banyak satuan
monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis lengkap akan
mengubah suatu poisakarida menjadi monosakarida. Polisakarida memenuhi 3 maksud
dalm system kehidupan : sebagai bahan bangunan (architectural), bahan makanan
(nutritional), dan sebagai zat spesifik. Polisakarida architectural misal
selulosa, komponen struktur dari kerangka luar serangga. Polisakarida nutrisi yang
lazim adalh pati dan glikogen, karbohidrat yang siap dipakai dalam tubuh hewan.
Heparin adalah salah satu contoh zat spesifik, adalah suatu polisakarida yang
mencegah koagulasi darah (Fessenden, 1982).
Pati merupakan
polisakarida yang paling melimpah kedua. Pati dapat dipisahkan menjadi fraksi
utama berdasarkan kelarutan bila ditriturasi dengan air panas. Sekitar 20% pati
adalah amilosa (larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak larut).
Hidrolisis lengkap amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis parsial
menghasilkan maltosa sebagai satu-satunya disakarida. Amilopektin adalah suatu
polisakarida yang mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul.
Hidrolisis lengkap amilopektin menghasilkan D-glukosa, namun hidrolisis tak
lengkap menghasilkan suatu campuran disakarida maltosa dan isomaltosa
(Fessenden, 1982)
GULA PEREDUKSI
Suatu gugus aldehid sangat mudah
dioksidasi menjadi suatu gugus karboksil. Uji kimiawi untuk aldehid tergantung
mudahnya oksidasi ini. Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi
senyawa pengoksidasi lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi
sebagai gula pereduksi, karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus
fungsi hemi asetal yang dapat membuka menjadi aldehid. Dari ketiga bentuk
glukosa, hanya bentuk asiklik yang dioksidasi oleh pereaksi fehling.
Akhiran -osa digunakan dalam tatanama
karbohidrat sistematik untuk menyatakan suatu gula pereduksi (Keenan, 1986).
Berdasarkan
sifat-sifat sakarida dan reaksi-reaksi kimia yang spesifik, karbohidrat dapat
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif contohnya
dengan uji Molisch dan uji Fehling. Secara kuantitatif dengan menggunakan alat
polarimeter (Winarno, 2004). Uji molisch menggunakan pereaksi molisch untuk
mengetahui terjadinya reaksi dehidrasi yang merupakan sifat karbohidrat jika
direaksikan dengan asam mineral kuat. Monosakarida dengan asam sulfat pekat
terdehidrasi menjadi furfural atau turunannya. Furfural atau turunannya ini
membentuk waran persenyawaan berwarna dengan α-naphthol atau persenyawaan
aromatic lain. Uji molisch berdasarkan sifat ini yaitu pembentukan kompleks
violet / ungu dengan α-naphthol (Darjanto et
all,1988). Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari
campuran kupri sulfat, Na-K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula
pereduksi dan dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan
(Sudarmadji et all, 1986).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Uji Molisch untuk Karbohidrat
a. Bahan
·
Asam
sulfat pekat
·
Larutan
Molisch (dibuat dari dilarutkan 1gr
α-naphthol dalam 20ml 95% etanol)
·
Larutan
glukosa 0,01 M
·
Larutan
glukosa 0,02 M
·
Air
b. Alat
·
Pipet
tetes
·
Gelas
ukur
·
Pipet
ukur
·
3
Tabung reaksi
·
Rak
tabung reaksi
2. Uji Fehling
a. Bahan
·
Pereaksi
Fehling A (dilarutkan 35gr CuSO4.7H2 dalam air hingga volume 500ml)
·
Pereaksi
Fehling B (dilarutkan 120gr KOH dan 173gr Nak-tartrat (gram Rouchelle) dalam
air hingga volume 500ml)
·
Larutan
Gula
·
Larutan
Glukosa (1%, 10%, 20%)
·
Sirup
·
Larutan
Pati
b. Alat
·
Alat
Pemanas
·
6
Tabung reaksi
·
Rak
tabung reaksi
·
Pipet
tetes
·
Pipet
ukur
·
Gelas
kimia
·
Bunsen
·
Penjepit
·
Labu
ukur
·
Neraca
analitik
·
Erlenmeyer
B. PROSEDUR
1. Uji Molisch untuk karbohidrat
2. Uji Fehling
IV.
DATA
PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch untuk Karbohidrat
No
|
Sampel
|
Ditambah 2 tetes Molisch
|
Ditambah 1ml asam sulfat
|
1
|
Glukosa 0,01 M
|
Biru
|
++++
|
2
|
Glukosa 0,02 M
|
Biru
|
+++++
|
3
|
Aquades
|
Biru
|
++
|
Ket
:
++ : Biru
++++ : Biru keunguan
+++++ : Biru kehitaman
2. Uji Fehling
No
|
Ditambah 5 tetes larutan
|
Dididihkan
|
Keterangan
|
1
|
Sirup 10%
|
Cokelat
|
Warna berubah, ada endapan
|
2
|
Pati 10%
|
Biru
|
Warna tetap, ada endapan
|
3
|
Gula 10%
|
Biru
|
Warna tetap
|
4
|
Glukosa 1%
|
Biru
|
Warna tetap ada endapan cokelat
kemerahan
|
5
|
Glukosa 10%
|
Cokelat
|
Warna berubah, ada endapan
|
6
|
|
Cokelat tua
|
Warna berubah, ada endapan
|
B. Pembahasan
Karbohidrat terdiri dari 4 jenis yaitu monosakarida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oleh karena untuk
menngidentifikasi adanya kandungan karbohidrat dan gula pereduksi dalam suatu
bahan atau zat dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kuantitaif dapat menggunakan alat polarimeter, sedangkan secara kualitatif antara lain dengan uji benedict, uji
seliwanoff, pembentukan osazon, uji iod, uji fehling dan uji molisch (Winarno,
2004). Dalam praktikum kali ini membahas tentang uji molisch dan uji fehling.
- Uji
molisch
Karbohidrat oleh asam sulfat (H2SO4)
pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida
mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural. Furfural tersebut
apabila ditambah dengan α-naphthol akan berkondensasi membentuk senyawa
kompleks yang berwarna ungu.
Apabila pemberian asam sulfat pada
larutan sample yang telah diberi melalui dinding gelas dan secara hati-hati
maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin furfural pada batas antara larutan
sample dengan asam sulfat dan itu menunjukkan bahwa larutan sample tersebut
mengandung karbohidrat (Sudarmadji et
all, 1986).
Larutan sample yang akan diuji
dengan uji molisch adalah glukosa 0,01M; glukosa 0,02M; aquades. Semua larutan
sample saat baru ditambah pereaksi molisch (α-naphthol) berwarna biru, akan
tetapi berbeda saat telah ditambah dengan asam sulfat pekat. Pertama adalah
larutan glukosa 0,01M yang telah ditambah pereaksi molisch dan juga ditambah
asam sulfat pekat, berubah dari berwarna biru menjadi biru keunguan dan
terdapat cincin furfural. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan sample yang
pertama yaitu larutan glukosa 0,01M mengandung adanya karbohidrat. Kedua adalah
larutan glukosa 0,02M yang telah ditambah pereaksi molisch dan juga ditambah
asam sulfat pekat, hasilnya berubah warna dari warna biru menjadi biru
kehitaman dan terdapat cincin furfural. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
sample yang kedua yaitu larutan glukosa 0,02M mengandung adanya karbohidrat.
Glukosa termasuk dalam karbohidrat golongan monosakarida. Ketiga adalah aquades
yang telah ditambah pereaksi molisch dan juga ditambah asam sulfat pekat,
hasilnya tidak terjadi perubahan warna. Warna tetap biru dan tidak terbentuk cincin furfural. Hal tersebut menunjukkan
bahwa larutan sample yang ketiga yaitu aquades tidak mengandung adanya
karbohidrat.
- Uji
fehling
Uji fehling menggunakan
pereaksi fehling yang terdiri dari campuran kupri sulfat, Na-K-tartrat dan
natrium hidroksida dengan gula pereduksi dan dipanaskan akan terbentuk endapan
yang berwarna merah kecoklatan (Slamet sudarmadji et all, 1986).
Uji fehling ini
digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi dalam karbohidrat.
Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi
lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi sebagai gula pereduksi,
karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus fungsi hemi asetal yang
dapat membuka menjadi aldehid. Dari ketiga bentuk glukosa, hanya bentuk asiklik
yang dioksidasi oleh pereaksi fehling. Akhiran
-osa digunakan dalam tatanama karbohidrat sistematik untuk menyatakan
suatu gula pereduksi (Keenan, 1986).
Dalam pembahasan ini
larutan sample yang diuji adalah larutan gula, pati, glukosa (1%, 10%, 20%),
sirup. Apabila larutan sample ditambah pereaksi fehling (A+B) dan kemudian
dipanaskan menunjukkan terbentuknya endapan merah kecoklatan maka larutan
sample tersebut mengandung gula pereduksi karena mengandung gugus fungsi
aldehid yang dapat mereduksi pereaksi fehling. Dari 7 larutan sample, 4
diantaranya yang menunjukkan adanya endapan merah kecoklatan adalah larutan
glukosa 1%, glukosa 10%, glukosa 20%, dan sirup. Larutan glukosa 20% adalah
larutan dengan kandungan gula pereduksi tertinggi.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan uji molisch yang
telah dilakukan, sampel yang teruji adanya karbohidrat menggunakan uji molisch
adalah sampel glukosa 0,01M dan glukosa 0,02 M ditandai dengan perubahan warna
dan terbentuk cincin furfural. Sedangkan aquades tidak teruji adanya
karbohidrat.
2. Dari hasil percobaan uji fehling yang
dilakukan, sampel yang teruji adanya senyawa reduksi adalah larutan glukosa 1%,
glukosa 10%, glukosa 20%, dan sirup
ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan.
B. Saran
1. Dalam praktikum sebaiknya praktikan
lebih fokus dan teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi dan apabila
memberi keterangan pada data pengamatan sebaiknya yang lengkap
2. Praktikan juga harus mematuhi prosedur
kerja, mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum
3. Disiplin dan hati-hati dibutuhkan karena
bekerja dengan zat-zat yang berbahaya (asam sulfat pekat).
DAFTAR PUSTAKA
Darjanto,
Trisnowati, R. Singgih Sugeng Santosa. 1988. Himpunan Bahan Kuliah Ilmu Kimia Organik. UNSOED. Purwokerto.
F.
Louis, Mary Fieser. 1964. Kimia Organik I.
Dhiwantara. Bandung.
Fessenden,
R. J, J. S. Fessenden. 1982. Kimia
Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Hart,
Harorld. 1989. Kimia Organik. Erlangga.
Jakarta.
Keenan,
Kleinfelter. 1986. Kimia Untuk
Universitas II. Erlangga. Jakarta.
Soetopo.
2002. Biokimia. Yudistira. Bandung.
Sudarmadji,
Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 1986. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar Universitas Ilmu Pangan dan Gizi.
Yogyakarta.
Winarno,
F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar