Rabu, 16 Oktober 2013

UJI KUALITATIF LIPID


LAPORAN KIMIA DASAR II

ACARA 7
UJI KUALITATIF LIPID


Description: preview_html_482dbc6c


Oleh :
Risqiyatul Jannah (A1M012016)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup.
Lipid dalam bentuk lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia, selain itu juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein, dimana 1 gram lipid dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan untuk karbohidrat dan protein masing-masing hanya 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (berbentuk cair). Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak susu, lemak babi, lemak sapi). Lemak nabati yang berbentuk cair dibedakan atas 3 golongan yakni (1) drying oil yang membentuk lapisan keras bila mengering di udara, contohnya minyak cat/pernis, (2) semi drying oil, contohnya minyak jagung, minyak biji kapas, dan (3) non drying oil contohnya minyak kelapa.

B.     Tujuan
Mengetahui kelarutan pada lipida dan asam lemak.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid ini merupakan komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Bahan lipid yang paling banyak terdapat pada jasad hidup adalah turunan gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol yaitu triasilgliserol (sering disebut trigliserida). Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid yang paling umum.
Lipid adalah suatu senyawa organik berminyak atau berlemak. Secara kimiawi lipid adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol.
Lipida dikenal sebagai minyak (minyak organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak dan lilin. Istilah “lipida” mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik non-polar dan hidrofob (tidak menyukai air) yang essensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena lipid termasuk non-polar, maka lipida cenderung untuk tidak larut dalam pelarut polar, dalam hal ini adalah air dan alkohol. Namun ada sedikit yang dapat larut dalam alkohol, walaupun alkohol termasuk dalam pelarut polar. Lipida itu senyawa organik yang berminyak yang biasanya dapat larut oleh pelarut non-polar yaitu kloroform (CHCl3), eter, dan pelarut-pelarut halogen lainnya (Ketaren.S, 1986).
Lipid mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran, sebagai bahan bakar, sebagai lapisan pelindung dan sebagai vitamin dan hormon (Martoharsono, 1981).
Lipida dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Secara tradisional lipida diklasifikasikan menjadi 5 golongan:
a.       Gliserida dan asam lemak, termasuk di dalamnya lemak dan minyak
b.      Fosfolipida
c.       Spingolipida
d.      Glikolipida
e.       Terpenoid, termasuk di dalamnya getah dan steroida (Lehninger, 1982).
Lemak sama dengan minyak. Orang yang menyebut lemak secara khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu ruang. Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan oleh hewan. Lepas dari wujudnya yang trigliserida atau triagliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol (Wikipedia, 2008).
Lipid tersusun atas asam lemak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai 22 atom karbon. Senyawa ini hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap. Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dapat diperoleh kembali dari hidrolisis senyawa lipid (Westhem, 1956). Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Karena asam lemak merupakan molekul tak bercabang maka asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus (Page. DS, 1981)
Lemak merupakan trigliserida padat, sedangkan minyak merupakan cairan pada suhu kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebut semua cairan organik kental sebagai minyak. Lemak umumnya bersumber dari hewan, sedangkan minyak berasal dari tumbuhan. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak sapi dan minyak kelapa. Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku tinggi (Ketaren. S, 1986). Rumus umum asam lemak adalah R.COOH dimana R menunjukkan suatu rantai hidrokarbon. Setiap gugus –OH dari gliserol bereaksi dengan –COOH dari asam lemak membentuk sebuah molekul lemak. Berikut ini adalah reaksi kondensasi:



                                                                                                            O
CH2—OH                                                                               CH2—O— C —R
                                                     O                                                          O
CH—OH        +          3 H—O—C—R                                  CH—O— C —R
                                                                                                                   O
CH2—OH                                                                               CH2—O— C —R
1 molekul                           3 molekul                                             1 molekul
Gliserol                             asam lemak                                                 lemak
(Fessenden, 1984)
Sedangkan asam-asam lemak yang menyusun lipid dapat dibagi menjadi dua yaitu:
  1. Asam lemak jenuh
Lemak yang berwujud padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang mempunyai rantai karbon pendek mempunayi titik lebur yang rendah.
Rantai karbon jenuh ialah ikatan yang tidak mengandung ikatan rangkap. atau dengan kata lain, atom C penyusun asam lemak telah dijenuhi oleh atom C lain dan atom H.
    H    H    H    H   H    H    H
—C—C—C—C—C—C—C—
    H    H    H    H   H    H    H
  1. Asam lemak tidak jenuh
Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih, lemak yang berwujud cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tidak jenuh, misalnya minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kacang, dan lain-lain. Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik cair yaitu lebih rendah dibanding asam lemak jenuh.
    H    H  H    H    H  H    H
—C—C=C—C—C=C—C—
    H                H                H
Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam oleat sendiri adalah Z-Δ9-oktadekenoat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak zaitun (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur.
Rumus kimia asam oleat: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH.
Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecokelatan (Wikipedia, 2008).
Berikut ini macam-macam lemak dan minyak yang sering digunakan sebagai sample untuk menguji kelarutan pada lemak : minyak kelapa, minyak sawit, mentega, shortening, dan margarine. Minyak kelapa adalah minyak yang diperoleh dari buah kelapa yang diolah terlebih dahulu menjadi santan dan kemudian dijadikan minyak. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat.karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya dengan bilangan iod, maka minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa, minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap (Ketaren, 1986).
Shortening atau mentega putih adalah lemak atau campuran yang memiliki sifat plastisitas tertentu sehingga mampu membuat makanan seperti roti dan kueh menjadi lembut, shortening diperoleh dari hasil pencampuran dua macam lemak atau lebih, atau dengan cara hidrogenasi. Sedangkan mentega merupakan suatu lemak, tetapi suatu bahan pangan berlemak dalam bentuk emulsi water in oil dan ke dalamnya ditambahkan bahan-bahan bukan lemak dalam jumlah kecil. Mentega dibuat dengan jalan mengocok krim yang telah dipasteurisasi. Berikutnya adalah margarine. Margarine ini merupakan hasil emulsi air dalam lemak (Ketaren, 1986).


III.             METODE PRAKTIKUM

A.    Bahan dan Alat
1.      Bahan
·         Asam  lemak
-                      Asam oleat
·         Lemak dan minyak
-                      Mentega putih/shortening
-                      Margarin
-                      Minyak kelapa
·         Pelarut
-                      Air
-                      Alkohol
-                      Aseton
2.      Alat
·         15 tabung reaksi           
·         Spatula                      
·         Timbangan            -   
·         3 pipet ukur
·         Gelas ukur   
·         Rak tabung reaksi
·         Penangas air
·         2 pipet tetes







B.     Prosedur Kerja


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
No
Pelarut
Lemak/minyak
Keterangan
1
Air
Asam oleat
Tidak larut, endapan orange kental
Minyak kelapa
Tidak larut, endapan bening kental
Minyak sawit
Tidak larut, endapan kuning pucat
Mentega putih
Tidak larut, endapan putih menggumpal
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Mntg ptih+air.jpg

Margarin
Tidak larut, endapan kuning
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Mrgarin+air.jpg
2
Alcohol
Asam oleat
Tidak larut, endapan kuning pucat
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Oleat+alkhl.jpg
Minyak kelapa
Tidak larut, endapan putih
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Alkhl+klp.jpg
Minyak sawit
Tidak larut, endapan kuning  pucat
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Swit+alko.jpg
Mentega putih
Tidak larut, endapan putih menggumpal
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\M.p+alkhl.jpg


Margarin
Tidak larut, endapan kuning
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Mrgrin+alkhl.jpg
3
Aseton
Asam oleat
Terlarut, tidak ada endapan berwarna kuning bening
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\As.ol+ase.jpg
Minyak kelapa
Terlarut, tidak ada endapan berwarna kuning
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Astn+klp.jpg
Minyak sawit
Terlarut, tidak ada endapan berwarna bening kental
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Lipid\Swit+aset endpn lmbut.jpg
Mentega putih
Tidak larut, endapan putih
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\M.p+asetn.jpg
Margarin
Tidak larut, endapan kuning menggumpal
Description: D:\DATA\UNIV\SEMESTER 2\Kimia Dasar II\praktikum\foto kimia\Margarin+aston.jpg

B.     Pembahasan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan larut sempurna dalam etil eter, karbon disulfide, dan pelarut-pelarut halogen. Ketiga jenis pelarut ini memiliki sifat non polar sebagaimana halnya minyak dan lemak netral. Kelarutan dari minyak dan lemak ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstrasi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak.
Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan menguji kelarutan adalah asam oleat, mentega putih/shortening, margarine, minyak kelapa, dan minyak sawit. Sedangkan pelarutnya adalah air, alcohol, dan aseton. Pada pelarut air semua bahan tidak larut karena air bersifat polar dan lipid tidak larut pada pelarut polar. Pada pelarut air, asam oleat terdapat endapan berwarna orange kental, minyak kelapa terdapat endapan berwarna bening kental, minyak sawit terdapat endapan berwarna kuning pucat, mentega putih terdapat endapan berwarna putih menggumpal dan margarin terdapat endapan berwarna kuning.
Pada pelarut alkohol semua bahan tidak terlarut dalam alkohol. Pada pelarut alcohol, semua bahan terbentuk endapan. Asam oleat endapan berwarna kuning pucat, minyak kelapa endapan berwarna putih, minyak sawit endapan berwarna kuning pucat, mentega putih endapan berwarna putih menggumpal, dan margarin endapan berwarna kuning.
 Pada pelarut aseton, bahan yang terlarut adalah asam oleat, minyak kelapa dan minyak sawit. Asam oleat tidak ada endapan berwarna kuning bening, minyak kelapa tidak ada endapan berwarna bening, minyak sawit terdapat endapan berwarna bening kental, mentega putih terdapat endapan berwarna putih dan margarin terdapat endapan berwarna kuning menggumpal.
Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut ditentukan oleh banyak hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya. Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut. Bahan yang larut pada kloroform tidak terdapat residu setelah dipanaskan kecuali lemak sapi. Sedangkan yang terdapat residu setelah dipanaskan  disebabkan karena adanya kelarutan yang tidak sempurna pada pelarut dan sampel.
Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak. Seperti diketahui, minyak atau lemak kelarutannya terbatas. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai terbentuk larutan yang sempurna. Kemudian didinginkan dengan perlahan-lahan sampai  minyak atau lemak dengan pelarutnya mulai terpisah dan mulai menjadi keruh.


V.                KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, lipid tidak dapat larut pada pelarut  polar seperti air. Semua sampel yang diuji tidak larut pada pelarut air karena air bersifat polar. Pada pelarut alcohol semua sampel yang diuji juga tidak terlarut. Sedangkan pada pelarut aseton, hanya asam oleat dan minyak kelapa yang terlarut. Minyak sawit, mentega putih dan margarin tidak terlarut.

B.     Saran
1.       Dalam praktikum sebaiknya praktikan lebih fokus dan teliti dalam mengamati terlarut atau tidaknya dalam masing-masing pelarut.
2.      Praktikan juga harus mematuhi prosedur kerja, mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.


C.      
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Hart, Harold. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. Universitas Indonesia. Jakarta.

Martoharsono, Soeharsono. 1981. Bokimia Jilid I. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Page, DS dan R. Soendoro. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.

Westhem and Jeskey. 1956. Introductory Organic Chemistry. Mc Graw_Hill          Book Company Inc. New York.

Wilbraham, Antony C, dkk. 1992.Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar