LAPORAN KIMIA
DASAR II
ACARA
2
REAKSI
ESTERIFIKASI

Oleh
:
Risqiyatul
Jannah (A1M012016)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ester merupakan sebuah
hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah
ester, hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Ester
diturunkan dari asam dengan mengganti gugus – OH oleh gugus – OR. Penamaan
ester sama dengan garam asam karboksilatnya. Contoh beberapa senyawa ester :






CH3C – OCH3
CH3C – OCH2CH3 CH3CH2CH2C–
OCH3
metil asetat etil asetat metil butanoat
pada umumnya ester merupakan zat
yang berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak buah-buahan
dan bunga. Diantaranya yang lazim adalah pentil asetat (pisang), oktil asetat (jeruk),
etil butanoat (nanas), dan pentil butanoat (aprikot). Campuran ester digunakan
pada parfum dan cita rasa buatan. Ester dengan boboy molekul rendah juga
digunakan oleh serangga dan hewan untuk memancarkan sinyal. Gajah betina
melepas (Z) – 7 – dodesen – 1 – il asetat untuk memberi sinyal mengenai
kesiapannya untuk kawin. Banyak kepik melepas ester yang sama untuk menarik
jantannya.
Esterifikasi adalah salah satu
jenis reaksi yang bertujuan untuk menghasilkan ester. Ester dapat dihasilkan dengan cara
mereaksikan antara sebuah alkohol dengan asam karboksilat.Contoh senyawa
ester yang biasa dibahas adalah etil
etanoat. Pada etil etanoat, hidrogen pada gugus -COOH telah digantikan
oleh sebuah gugus etil. Rumus struktur etil etanoat adalah sebagai berikut:

Dalam pembuatan etil etanoat, asam karboksilat dan alkohol
sering dipanaskan bersama dengan adanya beberapa tetes asam sulfat pekat untuk
mengamati bau ester yang terbentuk. Untuk melangsungkan reaksi dalam skala
tabung uji, semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang
dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah
penangas air panas selama beberapa menit.
Reaksi yang terjadi berlangsung lambat dan dapat balik
(reversibel), sehingga ester yang terbentuk tidak banyak. Bau khas yang
dimiliki ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat.
Cara yang sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menambahkan air
secukupnya pada tabung uji. Terkecuali pada ester-ester yang dihasilkan sangat
kecil, pada umumnya ester kurang dapat larut dalam air dan cenderung membentuk
sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut
dan terpisah di bawah lapisan ester. Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut
organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil
etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem). Semakin besar
ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya
"buah pir".
Aplikasi pembentukan ester
sangat banyak di dijumpai pada bidang industri. Seperti pada proses dasar saat pembuatan plastik, senyawa aroamatik dan lain-lain.
Oleh karena itu pembelajaran mengenai reaksi esterifikasi sangat dibutuhkan,
walaupun dalam skala laboratorium.
B. Tujuan
Membuat
etil asetat dari reaksi antara alcohol dan asam asetat dengan katalisator asam
sulfat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ester diturunkan dari
asam dengan mengganti gugus –OH oleh gugus –OR.Ester dinamai dengan cara yang
sama dengan garam asam karboksilatnya.Bagian R dari gugus –OR ditulis terlebih
dahulu,didikuti dengan nama asam,dengan akhiran –at tidak berubah.Kebanyakkan
ester merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan harum dari
banyak buah-buahan dan bunga.Diantaranya yang lazim adalah pentil asetat
(pisang),oktil asetat (jeruk),etil butanoat (nanas),dan pentil butanoat
(aprikot).(Hart,Harold (alih bahasa oleh
Dr.Suminar Acmadi Ph.D),2003)
Bila asam karboksilat
dan alkohol dipanaskan dengan kehadiran katalis asam (biasanya HCl atau H2SO4),kesetimbangan
tercapai dengan air dan ester.


Proses ini disebut
esterifikasi Fischer,berdasarkan Emil Fischer,yang mengembangkan metode
ini.Meskipun reaksi ini berkesetimbangan ,reaksi dapat digeser ke kanan dengan
beberapa cara.Jika alkohol dan asamnya murah,digunakan lebih banyak.Cara lain
atau air dapat dipindahkan segera setelah terbentuk (lewat penyulingan)
sehingga reaksi berjalan ke kanan.Esterifikasi Fischer adalah kondensasi
berkatalis asam karboksilat dan alkohol.( Hart,Harold (alih bahasa oleh Dr.Suminar Acmadi Ph.D),2003)
Suatu ester asam
karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan
R dapat berbentuk alkil maupun aril.Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol,suatu reaksi yang
disebut reaksi esterifikasi.Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan
reaksi yang reversibel.Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung
terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya.Kuat asam
dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan
ester.(Fessenden & Fessenden,1982).
Ester dihasilkan apabila asam
karboksilat dipanaskan bersama alklcohol dengan bantuan katalis asam. Katalis
ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas
hidlcoholorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan
ester-ester arolcoholakni ester yang mengandung sebuah cincin benlcohol.Dengan
reaksi substitusi, dimana ester terbentuk karena OH pada asam terlepas dan H
dari alcohol juga terlepas yang kemudian tergabung membentuk molekul air.( Wilbraham, Antony C, 1992)
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris C2H5OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini di produksi dalam skala
besar sebagai pelarut. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil
(mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. (Wilbraham, Antony C, 1992)
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi.
Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan
eliminasi air akan menghasilkan ester.Etil asetat disintesis melalui reaksi
esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai katalis
asam seperti asam sulfat. (Wilbraham,
Antony C, 1992)
Etil asetat dibuat melalui
esterifikasi fischer dari asam asetat glacial dan etanol disertai katalis asam
seperti asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH --> CH3COOCH2
+H2O
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Kesetimbangan dapat bergeser kearah hasil bila air dipisahkandarihasilataumenambahpereaksialkohol. Kondisi optimum untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam dengan penambahan asam sulfat sebanyak 5 ml.(Pudjaatmaka, H.,A., 1992)
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Kesetimbangan dapat bergeser kearah hasil bila air dipisahkandarihasilataumenambahpereaksialkohol. Kondisi optimum untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam dengan penambahan asam sulfat sebanyak 5 ml.(Pudjaatmaka, H.,A., 1992)
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat
hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi
fischer.(Suparno,2006).
Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari Etil Asetat. Sifat fisik dari
Etil Asetat:
Nama sistematis : Etil etanoat ,Etil asetat
Nama alternative : Etil ester,Ester asetat, Ester etanol
Rumus molekul : C4H8O2
Massa molar : 88.12
g/mol
Densitas dan fase : 0.897 g/cm³, cairan
Titik lebur
: −83.6 °C (189.55 K)
Titik didih
: 77.1
°C (350.25 K)
Penampilan
: Cairan tak berwarna
Sifat Kimia dari Etil
Asetat adalah:
1.
Pelarut polar menengah yang volatil.
2.
Tidak beracun.
3.
Tidak Higroskopis.
Reaksinya :
Etanol + Asam
Asetat Etil
Asetat + Air
C2H5OH
+ CH3COOH
CH3COOC2H5
+ H2O
Reaksi di atas merupakan
reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Etil asetat dapat
dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan ethanol
kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer. (Suparno,2006).
Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.Tidak beracun
dan tidak terhigrokopis.
2.Merupakan
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
4. Merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan hidrogen
karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
5.Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil
dalam air yang mengandung basa atau asam.( Hart , Harold (alih bahasa oleh Dr.
Suminar Acmadi Ph.D), 1983).
Katalis harus terhindar dari
kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon
dioksida.
a) Pengaruh
perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan
untuk reaksi adalah 3 moluntuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol
alkil ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1
dapat menghasilkankonversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang
diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam
konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%.Nilai
perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversiyang
maksimum.
b) Pengaruh
jenis alkohol
Pada rasio 6:1,metanol akan memberikan perolehan ester
yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
c) Pengaruh
jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi
transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam.Katalis basa yang
paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium
hidroksida(NaOH), kalium hidroksida(KOH), natrium metoksida (NaOCH3),dan
kalium metoksida(KOCH3).( Hart , Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi
Ph.D), 1983).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
dan Alat
1. Bahan
·
5 tetes asam cuka
·
1ml alcohol
·
5 tetes asam sulfat pekat
·
Air
2. Alat
·
Tabung reaksi
·
Gabus
·
Pipet ukur
·
Pipet tetes
·
Alumunium foil
B. Prosedur
Kerja

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
No.
|
Sampel
|
+asam cuka
|
Setelah dipanaskan
|
Setelah ditutup
|
1.
|
1 ml alkohol + 5 tetes asam
sulfat
|
-Bening
-Bau asam menyengat
|
-Bening
-Sedikit menguap
-Baunya semakin menyengat
|
-Bening
-Tidak menguap
|
Alkohol 1 ml
![]() |
Alkohol +asam sulfat 5 tetes+asam
cuka pekat 5tetes
![]() |
Dipanaskan diatas kompor
![]() |
Ditambah air
![]() |
|
Alkokol + asam sulfat 5 tetes
![]() |
|
Yang telah dipanaskan
![]() |
|
B. Pembahasan
Senyawa
etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini adalah ester dari alkohol dan asam
asetat, dengan wujud berupa cairan tidak berwarna dan memiliki aroma khas.
Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel (dapat balik)
karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol (etanol) dipanaskan
untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air,
artinya bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan
reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan etanol. Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi cenderung
bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang dalam
percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat.
Pada pembuatan etil asetat hal
pertama yang dilakukan adalah memasukkan 5 tetes asam cuka dan 5 tetes asam
sulfat ke dalam 1 ml alkohol.Kemudian dididihkan diatas kompor dengan
panci.Setelah dipanaskan diamati hal yang terjadi.Ketika 1
ml alkohol + 5 tetes asam sulfat + asam cuka hal yang terjadi adalah larutan
bening dan mempunyai bau asam yang menyengat.Dalam percobaan ini belum ada
peurubahan yang nyata.Air alam tabung reaksi akan berkurang karena tidak
ditutup dengan alumunium foil.
Percobaan
berikutnya 1 ml alkohol + 5 tetes asam sulfat setelah dipanaskan adalah
bening,sedikit menguap,dan baunya semakin menyengat.Larutan tetap bening
seperti sebelum dipanaskan, namun aroma asamnya semakin kuat dan tajam.Ini
karena ada perubahan suhu dari suhu ruang menjadi suhu tinggi.Alkohol dan asam
sulfat akan bereaksi dengan pemanasan.Asam sulfat merupakan katalis yang sangat
kuat.Dalam tabung reaksi terdapat uap air karena larutan alkohol mudah sekali
menguap apalagi ketika proses pemanasan berlangsung.
Berikutnya
adalah tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil dididihkan.Setelah ditunggu beberapa
menit,kemudian dinginkan dan diencerkan dengan air yang banyak.Halyang terjadi
adalah larutan tetap bening dan tidak menguap.Penguapan terjadi ketika ada
pemanasan dan perubahan suhu dari suhu rendah ke tinggi.Untuk percobaan ini uap
hilang seiring menurunnya suhu larutan yang ada didalam tabung reaksi.Namun,uap
air tidak dapat keluar dari tabung reaksi karena disumbat oleh gabus.
Pembuatan etil asetat ini seharusnya terdapat buket pada tabung reaksi.Tetapi,kenyataannya tidak ada perubahan apa-apa.Dari percobaan awal sampai yang terakhir larutan tetap bening tidak ada perubahan warna ataupun endapan.Alasannya karena saat menambahkan bahan-bahan ada yang kelebihan jumlah volumenya.Volume yang digunakan tidak sesuai dengan diktat.
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Larutan
etil asetat yang merupakan senyawa ester, dapat dibuat dengan cara mereaksikan
senyawa asam karboksilat dengan alkohol dengan katalis asam sulfat pekat. Pembuatan
etilasetat dari reaksi antara alkohol dan asam asetat dengan katalisator asam
sulfat tidak menghasilkan larutan yang diinginkan.Semuanya tetap bening hanya
ada perubahan kadar air dan aroma.
B.
Saran
1. Praktikum
ini sebaiknya dilakukan lebih teliti lagi agar menghasilkan data yang akurat
(valid).
2. Praktikan
harus mengikuti prosedur dengan baik agar hasil yang diperoleh sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,
Ralph J dan Joan S. Fessenden. 2003. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Hart ,
Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D). 1983. Kimia Organik,
Suatu kuliah singkat edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
Pudjaatmaka, H.,A. 1992. Kimia Untuk Universitas
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Suparno,
2006, Ester dari asam lemak. Penerbit USU. Medan.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar